Yogyakarta – Indonesia dan India sepakat untuk memberi contoh kepada dunia bahwa perdamaian di muka bumi bisa dicapai dengan dialog lintas agama, pendidikan, kebudayaan dan media. Faktor-faktor ini pun dinilai ampuh mencegah tumbuhnya paham radikal dan tindak kekerasan ekstremisme.
Demikian hasil Dialog Lintas Agama yang pertama bagi Indonesia dan India yang berlangsung di Yogyakarta, Rabu 3 Oktober 2018. Wakil Menteri Luar Negeri RI, A.M. Fachir saat membuka dialog itu, mengingatkan bahwa pada dasarnya Indonesia dan India saling berbagi keunikan dalam hal kehidupan beragama.
‘’Selain itu, populasi umat Hindu di Indonesia cukup besar, dan sebaliknya, populasi umat Islam di India juga signifikan. Maka dari itu, kegiatan ini menjadi relevan,” ujar Fachir seperti dikutip dari Republika.co.id, Rabu (3/10).
“Kedua negara bisa saling berbagi dan belajar dari pengalaman satu sama lainnya dalam mengelola keberagaman di negara masing-masing,” lanjutnya.
Dialog lintas agama ini merupakan yang pertama kali dilakukan oleh Indonesia dan India. Forum ini mengusung tema ‘’Sharing of Best Practices, Lessons Learnt and Way Forward”.
‘’Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari komitmen Presiden Indonesia dan Perdana Menteri India yang disampaikan saat kunjungan kerja PM Modi ke Jakarta, 29-31 Mei silam,” kata Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI, Cecep Herawan.
Indonesia dan India sepakat bergandeng tangan memperjuangkan perdamaian dunia. Dalam pandangan Penasihat Ekonomi PM Modi, Mr Bibek Debroy, Indonesia dan India memiliki kedekatan dari segi geografis, budaya, sejarah, dan keberagaman masyarakat.
‘’Untuk itu, dialog ini merupakan forum yang penting untuk mengatasi tantangan terhadap perwujudan harmoni dan toleransi dalam masyarakat,’’ ujar dia.
Dialog yang dihadiri oleh Menteri Negara Urusan Luar Negeri India, MJ Akbar dan Duta Besar India untuk Indonesia, Pradeep K Rawat ini diikuti oleh delegasi dari kedua negara yang terdiri dari pejabat pemerintahan, pemuka agama, ilmuwan, dan intelektual.
Forum dialog berlangsung sangat hidup. Para delegasi berdiskusi membahas isu-isu terkait pengelolaan keberagaman. Pada sesi yang membahas peran pemuka agama dan masyarakat madani dalam menciptakan harmoni sosial di tengah masyarakat majemuk, tampil narasumber dan penanggap dari Indonesia yaitu Dr Abdul Mu’ti, Dr Dicky Sofjan, dan Prof I Ketut Widnya.
Sedangkan Dr Siti Syamsiatun, Prof Dr Khoiruddin Nasution, dan Suhadi Cholil mewakili Indonesia sebagai pemateri dan penanggap pada sesi yang membahas upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan tindak kekerasan ekstremisme, terorisme, radikalisme, dan ujaran kebencian.
Pada forum dialog ini, India juga diwakili oleh tokoh dan praktisi kenamaan, di antaranya Conrad Sangma (kepala Negara Bagian Meghalaya), Asif Ibrahim (utusan khusus perdana menteri untuk kontra-terorisme), Maulana Mehmood Madani (intelektual Islam terkemuka), Tariq Mansoor (rektor Universitas Islam Aligarh), Bibek Debroy (penasihat perdana menteri untuk isu ekonomi), dan Dhammapiya Bhante (sekjen Konfederasi Budha Internasional).
Dialog lintas agama telah menjadi fitur tetap diplomasi publik Indonesia sejak 2004. Hingga saat ini, Indonesia telah memiliki 31 mitra bilateral dialog lintas agama. Indonesia juga aktif mempromosikan dialog lintas agama pada tataran regional, seperti pada forum APEC, ASEM ,dan MIKTA, sedangkan pada tataran global/multilateral, seperti melalui forum UNAOC.