Amman – Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Lestari Priansari (LP) Marsudi dan Raja Yordania, Abdulah II bin Al Hussein, sepakat bahwa tantangan yang dihadapi kedua negara saat ini adalah adanya ancaman regionalisasi kelompok terorisme. Ancaman itu datang dari kelompok ‘foreign terrorist fighters’ (FTF) atau ‘pejuang teroris asing’ yang kembali ke negara asalnya dari beberapa negara dari Timur Tengah (Timteng).
Kehadiran pejuang teroris asing di negara asalnya itu, menurut kedua Menlu tersebut harus diwaspadai. Situasi di Marawi, Filipina, merupakan salah satu contoh dari regionalisasi kelompok teroris yang sebelumnya bertempur untuk Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Sementara Yordania merupakan salah satu negara yang warganya menjadi korban karena banyak yang menjadi FTF.
Retno LP Marsudi dan Abdulah II bin Al Hussein pun menekankan pentingnya upaya bersama dalam bentuk kerja sama dan kemitraan untuk penanggulangan terorisme dan radikalisme. Menlu RI mendorong untuk dimulai pembahasan MoU kerja sama penanggulangan terorisme dan radikalisme. Negara-negara Islam harus bersatu dalam menghadapi tantangan umat.
“Berbagai tantangan yang dihadapi saat ini memerlukan negara-negara Islam untuk bersatu dan bekerja sama dalam mengatasinya. Beberapa area kerja sama yang penting untuk dilakukan antara lain pertukaran informasi dan intelijen, pencegahan pendanaan bagi terorisme, penanganan FTF, program deradikalisasi dan interfaith dialog, serta peningkatan kapasitas,” kata Retno LP Marsudi dalam keterangan persnya yang diterima Kementerian Luar Negeri di Jakarta, Kamis (5/10/2017).
Menlu Indonesia itu mengatakan, peningkatan kapasitas otoritas keamanan dalam melawan terorisme dan radikalisme juga sangat penting. Dia akan mengundang penegak hukum Yordania untuk ke Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation (JCLEC). Dalam kesempatan itu juga akan ditawarkan produk industri strategis Indonesia yang sangat kompetitif kepada Yordania, seperti pesawat, kapal, dan senjata. Indonesia memiliki keunggulan di berbagai produk industri strategis yang dapat dimanfaatkan oleh Yordania.
Dalam pertemuan itu, Menlu Retno juga menyampaikan undangan Presiden RI kepada Raja Abdullah untuk hadir sebagai pembicara utama di ‘Bali Democracy Forum’ (BDF) di Bali pada 7-8 Desember 2017. Undangan tersebut diberikan kepada Raja Yordania mengingat perannya dalam memajukan pluralisme, toleransi, dan demokrasi. “Yordania telah menjadi contoh di kawasan sebagai negara yang menjunjung tinggi toleransi, pluralisme, dan demokrasi,” pungkasnya.