Kudus – Kabupaten Kudus dikenal sebagai salah satu kota dengan tingkat toleransi yang tinggi. Di Kudus, masyarakat antaragama hidup rukun dan dinamis.
Keindahan toleransi di Kudus itu juga tergambar dalam perayaan Cap Go Meh di Klenteng Hok Hien Bio, Desa Getaspejatan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Minggu (5/2) malam. Bupati Kudus Hartopo terpilih untuk ikut bermain liong. Hal itu membuat penonton riuh dan bersorak sorai.
Guyubnya bupati bersama warga masyarakat Tionghoa menjadi bukti nyata kuatnya ikatan toleransi di Kabupaten Kudus. Maka, tak heran bila kota Kretek menjadi kota yang nyaman dan aman untuk ditinggali.
“Ini kita sama-sama ikut memeriahkan perayaan Cap Go Meh. Pada dasarnya, mari kita perkuat toleransi. Kudus ini, kan, pusatnya toleransi,” kata Hartopo dikutip dari Elshinta, Senin (6/2/2023).
Diungkapkan jika toleransi sebagai ujung tombak kehidupan bermasyarakat karena tanpa toleransi kondusifitas tak akan pernah terjadi. Meski berbeda baik dari gagasan, suku, ras, dan budaya, dengan toleransi semua akan bersatu. Sehingga, masyarakat paham bahwa persatuan itu menyejukkan.
“Ini yang terus kita gaungkan. Kenyataannya, kita saling membutuhkan satu sama lainnya. Harapannya, hubungan baik ini bisa terus berlanjut,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Perayaan Cap Go Meh, Tjia Eng Bie mengatakan, tema yang diangkat tahun ini adalah Merawat Budaya dan Persatuan Bangsa. Ia merasakan, Kudus merupakan kabupaten yang toleran. Hal itu dibuktikan dengan dukungan yang diberikan oleh bupati Kudus tiap ada kegiatan warga masyarakat Tionghoa.
“Dalam beberapa kegiatan kami, Pak Bupati ini selalu meluangkan waktu untuk hadir. Inilah mengapa kami merasa bahwa Pak Bupati sosok pengayom. Semoga semangat beliau menjaga toleransi di Kudus selalu berapi-api,” ujarnya.
Ditambahkan liong merupakan hewan mitologi berupa naga perlambang Dewa Kebijaksanaan. Liong juga dipercaya sebagai tolak bala dan pengusir kesialan.