Banyumas – Jarum jam baru menunjukkan angka 8 ketika sejumlah
mahasiswi berkerudung memasuki area Klenteng Boen Tek Bio Banyumas.
Kedatangan mereka kemudian disusul oleh remaja dari SMK 3 Banyumas dan
kelompok kejawen. Para pemuda lintas agama tersebut datang untuk
membantu warga Tionghoa membersihkan sarana persembahyangan demi
menyambut tahun baru Imlek.
Mahasiswi UIN Saizu Purwokerto yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa
Program Studi Agama-Agama, Anaul Islam mengatakan dia datang bersama
dengan sembilan rekannya untuk turut serta membersihkan sarana dan
prasarana tempat ibadah.
“Kedatangan kami ke sini untuk membantu bersih-bersih klenteng sebagai
wujud toleransi. Ini sejalan dengan apa yang saya pelajari, studi
tentang agama-agama,” kata Anaul.
Humas dari Klenteng Boen Tek Bio Sobita Nanda mengatakan, kehadiran
umat lintas agama di kelenteng tersebut bukanlah hal yang baru. Dia
memaknai krlenteng sebagai rumah budaya, bukan semata sebagai tempat
peribadatan.
“Kegiatan kami itu kegiatan akulturasi budaya. Bagi kami di Banyumas,
kelenteng adalah rumah budaya, sehingga kami terbuka untuk siapa saja
yang datang,” kata Sobita, Sabtu (10/2/2024).
Sikap toleransi dan keterbukaan telah dipancarkan oleh kelenteng sejak
awal keberadaannya. Sobita menyebut kelenteng yang membaur dan
merakyat membuat masyarakat menyambut setiap kegiatan dengan hangat.
“Dari kenangan yang ada di album masa lalu, kelenteng sudah sering
jadi tempat latihan grup keroncong Kembang Kencana, di halaman depan
kelenteng sering untuk menanggap wayang kulit. Dulu saat sembahyang
rebutan menggunakan tradisi kejawen, masyarakat dari berbagai
keyakinan berbondong-bondong membawa tumpeng dan dibagi-bagi untuk
rakyat yang membutuhkan,” ungkap Sobita.
Nilai-nilai positif tersebut masih berlanjut hingga kini. Sejak 2009,
kelenteng telah terlibat aktif dalam membentuk forum lintas agama dan
organisasi masyarakat. Menurut Sobita, hal itu dilakukan sebagai
bentuk toleransi serta moderasi dalam beragama.
“Salah satu kegiatan kami adalah mengadakan perayaan Cap Go Meh lintas
agama, lalu saat Lebaran, kami mengajak pastur, pendeta, suster, untuk
membantu pengaturan parkir dan penyeberangan jemaah yang akan
melakukan salat Id di Alun-alun Banyumas,” ungkap Sobita.
Lebih lanjut Sobita mengatakan untuk merangkul keberagaman dan merawat
kebinekaan, Klenteng Boen Tek Bio setiap tahun mengadakan perayaan Cap
Go Meh lintas agama. Dalam acara tersebut, kelenteng tak hanya
menghadirkan hiburan dari beragam kepercayaan, tetapi juga menyajikan
makanan yang dijamin kehalalannya.
“Saat perayaan Cap Go Meh juga melibatkan ibu-ibu dari masyarakat
sekitar kelenteng untuk memasak, karena tamu-tamu kami kebanyakan dari
masyarakat muslim, sehingga kami hati-hati dan menjaga agar jangan
sampai makanan yang kami sajikan tidak halal,” pungkas Sobi.