Makassar – Imam besar masjid Istiqlal, Prof. Dr. Nasaruddin Umar bercerita tentang seorang laki-laki yang membawa lampu ke hadapan rasul, kemudian rasul menjemput laki-laki itu dan berkata di hadapan sahabat lainya, “Seandainya Aku masih memiliki anak perempuan, Aku akan nikahkan dengannya.” Menurut Prof Nasar, panggilan akrabnya, lampu dalam kisah ini dimaknai sebagai hal penting karena memberi penerangan kepada manusia. Hal ini ia sampaikan saat menghadiri peresmian program Pesantren Bersinar di Makassar, Rabu (28/09/16).
Tentang lampu, ia lantas menyinggung program Pesantren Bersinar yang digalakkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama dengan BRI, di mana melalui program ini, BNPT memberi bantuan berupa lampu hemat energi dan genset untuk pesantren-pesantren di 4 provinsi. Ia menyebut program ini sebagai terobosan besar dalam melakukan pencegahan paham radikal dan terorisme di Indonesia.
Imam Besar Masjid Istiqlal ini menjelaskan bahwa lampu dan listrik merupakan simbol untuk penerangan, dan merupakan cahaya ilmu. Menurutnya, cahaya dan ilmu tidak akan pernah bisa masuk kedalam hati dan pikiran manusia yang berada dalam kegelapan, dan jika hati manusia gelap, maka sangat mudah kemasukan paham radikal terorisme.
“Insya Allah dengan adanya program Pesantren Bersinar ini, masuknya paham radikal ke pesantren dapat dicegah; tidak akan terkena dampak radikalisme,” ungkapnya.
Ia pun melanjutkan bahwa kehadiran Rasullullah Muhammad Saw ke muka Bumi adalah untuk mengangkat masyarakat dari kegelapan (jahiliyah) menuju cahaya. Ia berharap semoga program Pesantren Bersinar dapat meneladani hal itu.
Pemberian bantuan lampu kepada para santri di pesantren merupakan upaya nyata BNPT untuk ikut memastikan efektifitas proses belajar para santri, sehingga mereka dapat belajar dengan baik dan tidak mudah terhasut dengan hal-hal berbau radikal.
Bagi Prof. Nassar, masyarakat hanya akan bisa tercerahkan dengan perantara Iman dan Ilmu, ia pun yakin bahwa program ini dapat berkontribusi untuk upaya itu.