Ikhlas dan Sabar Kunci Korban Bom Maafkan Pelaku Terorisme

Lamongan – Langkah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mempertemukan mantan pelaku terorisme dengan korban terorisme pada kegiatan Satukan NKRI, Februari 2018, membawa hasil signifikan. Terbukti mantan korban (penyintas) dan pelaku atau mantan napi terorisme kini sudah bisa berdampingan untuk kembali menjadi ‘saudara’ dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Hal itu terlihat dengan langkah Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP) pimpinan mantan kombatan Ali Fauzi yang menggelar pertemuan silaturahmi dengan penyintas dalam sebuah kegiatan Pengajian Jalan Terang di Masjid Baitul Muttaqin, Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan. Pada pengajian itu hadir beberapa penyintas seperti korban bom JW Marriot.

Meski mengalami cacat seumur hidup, mereka mampu keluar dari himpitan trauma itu setelah bertemu dan saling bermaafan dengan mantan teroris.

“Harus sabar, ikhlas, dan pandai bersyukur. Itu yang saya lakukan hingga kini,” ujar Didik Hariono, penyintas bom Marriot di pengajian itu.

Didik mengatakan, akibat bom itu ia mengalami patah tulang di beberapa bagian tubuh dan luka bakar yang cukup parah. Ia juga harus menjalani perawatan berkali-kali sampai beberapa tahun. Ketika itu, Didik bekerja di sebuah perusahaan yang letaknya berdekatan dengan lokasi kejadian.

Baca juga : Putuskan Berhijrah, Mantan Napiter Akui Kecintaannya Terhadap NKRI Makin Membesar

Didik mengatakan melalui perjalanan panjang serangkaian operasi dan pengobatan, akhirnya ia bisa sembuh meski banyak bekas luka bakar yang membuat tubuhnya pulih seperti sediakala. Setelah sembuh, Didik kemudian memutuskan untuk pulang ke Kediri. Didik yang terluka parah akibat bom JW Mariot ini mengaku tidak merasa sakit hati, apalagi balas dendam.

“Saya tidak mau membalas kekerasan dengan kekerasan dan saya juga sudah memaafkan para pelaku. Hikmah yang bisa saya petik adalah saya bisa mengambil hikmah yaitu bersabar, ihklaslah dan pandailah bersyukur,” ujar Didik bersaksi di hadapan sekitar 50 peserta pengajian yang setelah ‘sembuh’ bahkan beraktivitas di YLP bersinergi dengan BNPT dalam melakukan deradikalisasi.

Didik menuturkan ia bergabung dengan YLP untuk mengambil hikmah atas peristiwa yang ia alami. Bahkan, tak ada aroma dendam sedikitpun dalam kata-kata yang ia sampaikan di hadapan peserta pengajian itu.

“Saya mengambil hikmahnya dengan bergabung membantu YLP,” jelasnya dikutip dari laman detik.com.

Ketua YLP, Ali Fauzi yang dikenal juga sebagai mantan instruktur perakitan bom mengungkapkan, pelaku bom di JW Mariot adalah Dani Permana dan Maulana yang juga dikenal oleh sebagian besar mantan napiter anggota YLP. Ali Fauzi mengaku membawa Didik ke tengah-tengah jamaah pengajian yang rutin digelar setiap bulan ini agar bisa memberikan kesaksian dan mampu mempertebal kesadaran bagi para mantan teroris setelah mendengar testimoni korban.

“Didik adalah salah satu korban dari aksi bom dimana masih banyak lagi korban-korban yang lain yang sekarang mengalami kesusahan cacat permanen dan hidupnya berantakan. Namun luar biasa, para korban ini sekarang bergabung bersama kita di YLP dengan sangat Ikhlas bisa memaafkan,” kata Ali.

Ia berharap semua para mantan pelaku teroris untuk bersama-sama memperbaiki diri dengan menjadikan korban bom kejahatan teroris seperti Didik sebagai pembelajaran bersama. Ali Fauzi juga mengajak agar semuanya bisa menahan diri, terutama di tahun politik ini untuk tetap dingin dengan saling menghargai pilihan orang lain.

“Jangan menjadikan Indonesia tercinta ini menjadi Suriah,” ungkap Ali Fauzi.