Idul Fitri Berpotensi Beda, Wapres: Jaga Toleransi

Jakarta – Hari Raya Idul Fitri tahun 2023 ini berpotensi dilaksanakan pada hari yang berbeda antara Pemerintah dengan Muhammadiyah. Kemungkinan Pemerintah dan Nahdlatul Ulama (NU)  akan memutuskan Idul Fitri jatuh pada Sabtu (22/4/2023), sedangkan Muhammadiyah jatuh pada Jumat (21/4/2023).

Menanggapi hal ini, Wakil Presiden (Wapres) KH Maruf Amin meminta masyarakat untuk saling menjaga toleransi. Apalagi selama ini perbedaan-perbedaan itu sudah biasa terjadi di Indonesia dan masyarakat menyikapi biasa menerima perbedaan itu dengan baik.

“Maka yang ditempuh adalah adanya sikap bisa toleransi antara dua kelompok ini untuk masing-masing ya lebaran dengan masing masing keyakinannya, dengan hitungannya. Jadi bahasa Jawanya legowo-lah,” ujar Maruf di Masjid Agung Baiturrahman, Limboto, Kel. Kayubulan, Kabupaten Gorontalo, Jumat (14/4/2023).

Perbedaan tersebut, kata Maruf Amin, sudah terjadi bertahun-tahun, namun masyarakat tetap rukun. Konflik yang terjadi di tengah masyarakat akibat perbedaan ini hanya terjadi sedikit saja.

“Itu sudah kita lakukan bertahun-tahun, dulu memang ada konflik sedikit. Tentang metode ini ribut, tapi belakangan tidak. Karena kita terus bersosialisasi juga sih sekarang rukun-rukun saja,” jelas Maruf dikutip dari Tribunnews.

Pemerintah bersama Ormas Islam masih terus mencari metode yang dapat mempersatukan waktu Hari Raya Idul Fitri dengan Inkanur Rukyah dan Wujudul Hilal.

Seperti diketahui, Pemerintah bersama beberapa ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama dan lainnya menggunakan metode Imkanur Rukyah dalam menentukan Hari Raya Idul Fitri. Sementara PP Muhammadiyah menggunakan metode Wujudul Hilal dalam menentukan 1 Syawal.

Profesor Riset Astronomi-Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof Thomas Djamaluddin mengatakan akan ada perbedaan jadwal Idul Fitri 1444 Hijriah antara pemerintah dan Muhammadiyah.

“Bakal ada perbedaan,” ungkap Thomas melalui keterangan tertulis pada Selasa (11/4/2023).

Berdasarkan keterangan di laman pribadi Thomas Djamaluddin, tertulis bahwa Muhammadiyah akan melaksanakan Idul Fitri pada Jumat (21/4/2023) sedangkan Nahdlatul Ulama (NU), Pemerintah, dan Persis pada hari esoknya, Sabtu (22/4/2023).

Perbedaan penetapan jadwal Idul Fitri 1444 H tersebut, kata Thomas, didasari pada perbedaan kriteria pengamatan posisi hilal atau bulan sabit pertama yang muncul setelah maghrib.

“Perbedaan Idul Fitri bukan karena perbedaan metode hisab dan rukyat, tetapi karena perbedaan kriteria,” tulisnya.

Kriteria tersebut bisa dilihat pada waktu maghrib tanggal 20 April 2023, hari penghujung bulan Ramadhan 2023, usai terjadi gerhana matahari di siang hari tanggal tersebut.

“Gerhana matahari sebagai kondisi ijtimak atau penghubung memang menunjukkan akhir siklus bulan mengitari bumi. Tetapi itu tidak bisa dijadikan dasar penentuan bulan baru hijriyah. Secara hukum (fikih), dasar penetapan bulan baru Hijriyah harus berdasarkan pengamatan atau posisi bulan saat maghrib,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Thomas menyebut penentuan kalender untuk Muhammadiyah menggunakan kriteria wujudul hilal atau bulan yang lebih lambat terbenam daripada matahari. Ia mengatakan, jika menggunakan perhitungan kriteria wujudul hilal, posisi bulan saat maghrib 20 April 2023 telah berada di atas ufuk.

“Atas dasar kriteria tersebut, Muhammadiyah mengumumkan Idul Fitri pada keesokan harinya, yaitu 21 April 2023,” tulisnya.

Sedangkan, untuk perhitungan awal Syawal pada kalender NU, Persis, dan Pemerintah, pihaknya menggunakan kriteria baru yang ditetapkan oleh Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

Thomas menambahkan, kriteria baru MABIMS mensyaratkan tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Artinya, menurut kriteria visibilitas hilal MABIMS, tidak mungkin terlihat hilal pada waktu maghrib 20 April 2023.

“Oleh karenanya, awal Syawal atau Idul Fitri pada kalender NU, Persis, dan Pemerintah ditetapkan pada hari berikutnya, 22 April 2023,” katanya.

Meski begitu, Thomas tetap mengimbau untuk menunggu kepastian tanggal 1 Syawal 1444 Hijriah dari pemerintah lewat sidang isbat.

“Kepastiannya kita tunggu pengumuman Pemerintah setelah sidang isbat,” imbuhnya.