Solo – Peringatan Hari Kemerdekaan ke-75 Republik Indonesia dimanfaatkan Badan Intelejen Negara (BIN) untuk merangkul eks narapidana teroris (napiter) kembali ke NKRI. Termasuk dalam upacara di Balaikota Surakarta, Solo, Senin (17/08/20).
Lima napiter turut hadir dalam upacara tersebut. Diantaranya Ari Budi Santoso alias Abbaz alias Erwan alias Mustofa bin Suparno. Paimin asal Sragen. Chamidi alias Midi asal Pajang, Laweyan, Surakarta. Bayu Setyono bin Mulyono asal Tipes, Kecamatan Serengan Kota Surakarta, dan Marmo mantan Napiter Karanganyar.
Dikutip dari Antara, Menurut Deputi Komunikasi dan Informasi BIN Wawan Hari Purwanto pemerintahan saat ini berkomitmen untuk terus memerangi paham radikal dan terorisme. Karena, radikalisme dan terorisme semakin hari semakin berkembang.
Bahkan, kelompok teror di Indonesia sudah banyak melibatkan anak-anak maupun perempuan untuk melakukan aksi kejinya. Berkaca pada kasus bom Surabaya 2018, terdapat perubahan pola serangan teror yang awalnya dilakukan secara tunggal menjadi dilakukan secara komunal.
Bahkan, pelaku teror kini sudah berani menyasar pejabat negara seperti penyerangan terhadap Menko Polhukam Wiranto pada 2019.
Dengan demikian, tambah Wawan, diperlukan strategi kontra terorisme untuk menangkal aksi tersebut, salah satunya melalui program deradikalisasi yang menyasar kalangan napiter maupun eks napiter.
Deradikalisasi merupakan upaya menetralisir pemikiran radikal pelaku teror, dari yang awalnya radikal menjadi tidak radikal. Kegiatan deradikalisasi juga menjadi sangat penting dilakukan di tengah ancaman serangan narasi terorisme yang banyak menyebar lewat internet.
“Proses deradikalisasi bertujuan untuk merehabilitasi dan mereintegrasi eks napiter kembali ke masyarakat. Program tersebut dilaksanakan secara terpadu oleh sejumlah kementerian dan lembaga terkait serta melibatkan partisipasi publik,” tegas dia. (