Jambi – Penyebarluasan berita bohong atau hoax dari hari ke hari menunjukkan perkembangan yang semakin mengkhawatirkan. Jurnalis senior P. Hasudungan Sirait, menilai hal tersebut sebagai akibat dari permasalahan serius yang dihadapi dunia pers di Indonesia.
“Apa permasalahannya? Permasalahannya ada di rendahnya profesionalitas media massa dan wartawannya,” kata Hasudungan saat menjadi narasumber dalam dialog interaktif bertema media massa, hoax, dan terorisme di Jambi TV, Rabu (3/4/2017) malam.
Dialog itu dilaksanakan sebagai bagian dari Visit Media dalam rangka Literasi Media sebagai Upaya Cegah dan Tangkal Radikalisme di Masyarakat yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jambi.
Has, demikian Hasudungan Sirait disapa di kesehariannya, menambahkan ada beberapa solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi rendahnya profesionalitas media massa dan wartawan. Untuk media massa, Dewan Pers sebagai institusi yang dibentuk Negara sudah dan sedang melakukan verifikasi terhadap badan hukum, manajemen, produk pemberitaan, dan keredaksian media massa yang terdaftar.
“Badan hukum ada tiga pilihan, PT, Yayasan, atau Koperasi. Manajemen harus jelas, siapa penanggung jawab dan di mana alamat redaksinya. Redaksi harus dipimpin oleh wartawan dengan klasifikasi utama,” jelas Has.
Pendiri dan pemilik sekolah menulis “Naskah Kita” itu menambahkan, untuk wartawan Dewan Pers meminta beberapa organisasi profesi kewartawanan melaksanakan uji kompetensi kepada anggotanya. “Di uji kompetensi ini wartawan akan dididik sekaligus diuji tingkat pengetahuannya, dengan tujuan peningkatan kemampuan,” tandasnya.
Sekretaris FKPT Jambi, Sigit Eko Yuwono, di acara yang sama mengatakan media massa dan media sosial memiliki peran terhadap penyebarluasan hoax dalam konteks radikalisme dan terorisme. Sebagai dampaknya, di Jambi terdapat 2 keluarga dan seorang anggota kepolisian yang terpapar dan memutuskan hijrah ke Suriah untuk bergabung ke Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
“Melalui literasi media ini kami harapkan masyarakat semakin melek dalam memahami isi media massa dan media sosial, sehingga kasus-kasus terorisme yang pernah terjadi tidak terulang kembali,” kata Sigit.
Visit Media merupakan salah satu metode yang dijalankan dalam kegiatan Literasi Media sebagai Upaya Cegah dan Tangkal Radikalisme Terorisme di Masyarakat. Kegiatan ini sudah dan akan dilaksanakan di 32 provinsi se-Indonesia di sepanjang tahun 2017. [shk]