Jakarta – Ketua Hubungan Luar Negeri Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Doni Harsiva Yandra menilai, paham radikalisme saat ini cenderung menyasar kelompok muda.
Menurutnya, dalam prakteknya, kelompok radikalisme cenderung terlihat memaksakan kehendak atau bersifat ekstrim dalam mencapai apa yang menjadi tujuanya.
“Radikalisme cenderung menyasar kelompok-kelompok muda. Dalam prakteknya gerakannya cenderung memaksakan kehendak bahkan menghadirkan ancaman teror,” ujar Doni di Jakarta, Kamis (23/3/2017).
Aktifis muda ini pun menyebut, radikalisme ekstrim ini bagaikan sisi mata uang yang tak terpisah dengan terorisme. Menurutnya, pengaruh radikalisme perlu diantisipasi. Bahkan, program deradikalisasi perlu terus dilakukan untuk menghindari potensi bahaya terorisme.
“Radikalisme dan terorisme ibarat dua sisi mata uang yang tak terpisahkan,” jelasnya.
Doni menilai, munculnya kelompok radikalisme ini beragam motif. “Belakangan kita saksikan munculnya kelompok-kelompok radikal di Indonesia. Sebab kemunculannya bisa saja dari rasa frustasi. Frustrasi akan kondisi ekonomi, sosial, politik bahkan bisa muncul juga dari pemahanan keagamaan yang ekstrem,” paparnya.
Di era teknologi informasi yang berkembang dahsyat ini, lanjutnya, penyebaran paham-paham radikal yang destruktif ini juga akan cepat merambat dan bertumbuh. “Tidak ada cara lain mengatasinya selain semua pihak harus bergandeng tangan,” ujarnya.
Menurutnya, harus dibangun kesadaran bersama dan semua pihak bahwa soalan ini adalah soalan bersama.
“Pendekatan pemberantasan dan pencegahan tidak cukup hanya dengan pendekatan hukum positif. Harus ada upaya penangkalan dini agar benih-benih radikalisme tidak tumbuh dan berkembang,” terangnya.
“Disisi ini peran-peran kelembagaan di masyarakat sangat penting baik kelembagaan yang berbasis agama seperti NU, Muhammadiyah, dan lainnya yang mampu menjangkau secara langsung aktivitas sosial masyarakat,” imbuh Doni.
Dari sisi kepemudaan, menurut Doni, pelibatan organisasi-organisasi kepemudaan yang ada baik KNPI maupun organisasi kepemudaan lainnya, komunitas-komonitas anak muda perlu dioptimalkan sehingga ruang penyemaian dan pertumbuhan benih radikalisme ini dipersempit.