Bandung – Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo mengingatkan para santri bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah rumahnya sendiri. Ia menginginkan para santri menjaga rumah tersebut dengan baik dan menjadi agen perdamaian untuk NKRI.
“NKRI adalah rumah sendiri yang perlu terus dirawat dan dijaga. Siapa yang jaga, salah satunya adalah para santri,” kata Jokowi saat menghadiri puncak peringatan Hari Santri Nasional di Lapangan Gasibu, Kota Bandung, Jawa Barat, seperti dikutip Tempo.co, Minggu (21/10).
Menurut Jokowi, santri memiliki tradisi menghormati dan menghargai hubungan sesama manusia serta menjunjung hubungan dengan Tuhan. Tradisi itu sangat dibutuhkan untuk menjaga persatuan di negara yang memiliki beragam perbedaan. “Ini perlu saya ingatkan terus karena kita sering lupa kalau kita saudara sebangsa-setanah air,” ujarnya. Jokowi berharap tradisi kesantrian membuat perbedaan yang ada tak menimbulkan perpecahan.
Selain berpesan agar santri menjaga ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah watoniyah, Jokowi berpesan agar umat tidak saling mencela, menjelekkan, serta memfitnah. Menurut dia, perilaku itu kerap muncul menjelang pemilihan umum. Para santri pun perlu memeriksa setiap informasi yang diterima untuk menghindari kabar bohong. “Hati-hati. Tolong disaring,” ucapnya. Jokowi meminta para santri menghormati perbedaan pilihan politik antarumat.
Sebelumnya, Jokowi menghadiri mengikuti Apel Akbar Santri Nusantara di Benteng Vastenberg, Kota Surakarta, Sabtu malam lalu. Di hadapan ribuan santri, dia mengatakan Indonesia telah dipandu oleh tradisi kesantrian yang kuat sejak dulu. Ia berharap tradisi tersebut menggambarkan penghormatan dan penghargaan yang tinggi kepada sesama serta menjunjung prinsip hablum minallah dan hablum minannas tetap terjaga.
Peringatan Hari Santri Nasional ini adalah yang ketiga sejak pemerintah menetapkannya melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri. Selain di Bandung dan Surakarta, peringatan Hari Santri digelar di Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, dan acara pembentangan bendera Merah Putih oleh ribuan santri di halaman kantor DPRD Sumatera Selatan.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan perayaan Hari Santri bukan sekadar pengakuan terhadap para santri, tapi juga pengingat tujuan negara agar pesantren bertransformasi. Menurut dia, pesantren perlu menjadi lembaga yang kredibel sebagai sumber pengetahuan agama dan berbangsa. “Hari Santri menjadi prasasti untuk menegakkan bernegara sama pentingnya dengan beragama,” tuturnya.
Lukman berharap para santri bisa menyebarkan ilmu dan perilaku dengan karakter yang bijak, moderat, toleran, dan cinta tanah air untuk menghadapi persoalan seperti hoaks, ujaran kebencian, dan terorisme. “Para santri harus semakin kuat bersuara dan aktif memberikan perdamaian,” ujarnya. Ia juga mengingatkan agar para santri mau membantu menjaga persatuan di tengah perbedaan pilihan dan pandangan.
Adapun Ketua Umum Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama Abdul Ghoffarozin berharap peringatan Hari Santri bisa menjadikan sinergi pemerintah dan pesantren makin konkret. “Selama ini pesantren selalu berbenah menguatkan ekonomi dan menyiapkan sumber daya manusia di Indonesia.” ucapnya.