Surabaya – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) hadir dalam East Asia Summit (EAS) Regional Seminar for Capacity Building to Prevent and Counter Violence Extremism hari ini, Senin, (05/12/16). Diwakili oleh direktur Pencegahan, Brigjen Pol. Hamidin, BNPT memaparkan bahwa terorisme telah bermetamorfosis dalam bentuk dan tujuan gerakan yang berbeda.
“Terorisme yang lama ditandai dengan hubungan eksklusif; pertalian darah, pertemanan dan kesamaan guru. Mereka juga melakukan perekrutan secara tertutup dan bai’at secara langsung. Saat ini kondisinya berbeda, terorisme gaya baru lebih banyak memanfaatkan media,” ungkap Hamidin saat berbicara di depan peserta yang berasal dari berbagai negara.
Lebih lanjut jenderal bintang satu ini menjelaskan bahwa terorisme bukanlah fenomena yang tiba-tiba muncul; ada banyak sebab yang melatari lahirnya paham dan aksi kejam ini. Ia menyebut latar belakang itu adalah radikalisme. Karenanya, salah satu upaya yang dilakukan guna menangkal terorisme adalah memberikan fokus besar pada radikalisme. Artinya, terorisme tidak hanya bisa diatasi dengan penegakan hukum (hard approach), melainkan juga dengan jalan deradikalisasi (soft approach).
Hamidin menjelaskan bahwa deradikalisasi ditujukan bukan hanya untuk memberikan informasi/ajaran yang benar terkait dengan agama, melainkan juga pelatihan skill yang akan bermanfaat untuk para kelompok radikal dan napi terorisme memulai wirausaha, sehingga mereka tidak akan kembali radikal.
Data BNPT menunjukkan bahwa kelompok yang paling rawan disusupi paham radikal adalah anak-anak muda. Proses radikalisasinya pun dilakukan lewat dunia maya yang memang sangat digandrungi anak-anak muda. Karenanya, penanggulangan terorisme perlu pula dilakukan dengan penguasaan terhadap media.
Menyinggung tentang ISIS, Hamidin menegaskan bahwa kelompok teroris internasional ini akan segera hancur, dan Abu Bakar al Baghdadi beserta para pengikutnya akan menerima hukuman yang setimpal.