Jakarta – Rangkaian kegiatan Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) Calon Pegawai Negeri Sipil/Calon Aparatur Sipil Negara (CPNS/CASN) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) resmi dinyatakan berakhir dengan diadakannya SKB terakhir yang dilakukan di kantor BNPT yang ada di salah satu kantor Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (11/12/2018).
Dalam kegiatan yang dihadiri langsung Kepala BNPT, Komjen Pol. Drs.Suhardi Alius,MH, yang didampingi segenap pejabat BNPT itu, sebanyak 169 peserta tes dihadapkan pada wawancara langsung oleh pejabat BNPT. Dimana dalam wawancara tersebut para peserta tes berikan pertanyaan terkait BNPT, radikalisme, terorisme dan wawasan kebangsaan.
“Hari ini kita melaksanakan Pantukhir untuk melaksanakan penerimaan CPNS di lingkungan BNPT sebagaimana juga yang kita kerjakan tahun lalu” ungkap Kepala BNPT Komjen Pol. Drs Suhardi Alius MH dalam sambutannya.
Lebih lanjut Kepala BNPT menjelaskan, BNPT sendiri memiliki treatment atau cara-cara khusus dalam melakukan perekrutan para CPNS. Dimana BNPT melibatkan beberapa Lembaga lain sehingga didapatkan calon-calon ASN yang terbaik.
“Tadi ada beberapa kriteria penilaian dari beberapa materi yang sudah sesuai dengan panduan dari Kemenpan RB (Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi). Tetapi BNPT punya kekhasan atau mempunyai treatment tambahan untuk melaksanakan perekrutan yang betul-betul bersih dari hal-hal yang kita waspadai,” ujar mantan Kabareskrim Polri ini.
Alumni Akpol tahun 1985 ini menjelaskan, dalam melakukan proses rekrutmen calon ASN ini BNPT melibatkan Tim Mental Ideologi dari Pusat Intelijen Angkatan Darat (Pusintelad) dan Tim Psikologi dari TNI AU. “Pelibatan tim Mental Ideologi TNI-AD dan tim Psikologi TNI-AU di maksudkan untuk mendapatkan calon calon ASN BNPT yang betul-betul kredibel,” kata mantan Kapolda Jawa Barat ini.
Mantan Kepala Divisi Humas Polri ini menjelaskan mental ideologi dan psikologi menjadi faktor penting dalam melakukan perekrutan ASN baru tersebut. Hal ini dikarenakan akan memiliki dampak besar bagi calon ASN nanti dalam melaksanakan pekerjaannya.
“Kenapa mental ideologi dan psikologi ? Karena itu akan berdampak kepada pekerjaan dari yang bersangkutan selama nanti menjadi pegawai ASN di BNPT,” ungkapnya.
Mantan Wakapolda Metro Jaya ini mengatakan, kemampuan intelektual dan Bahasa yang baik saja tidak cukup untuk menjadi pegawai BNPT. Para calon ASN harus memiliki rasa nasionalisme dan kebangsaan yang kuat sehingga tak terinfiltrasi paham-paham menyimpang.
“Di samping kita butuh kemampuan intelektual yang baik, Bahasa Inggris yang baik tetapi kita juga butuh orang orang yang punya wawasan nasional yang cukup tinggi, kita tidak akan korbankan hal-hal semacam itu,” ujar Jenderal berpangkat bintag tiga kelahiran Jakarta, 10 Mei 1962 ini.
Ketika ditanya terkait harapannya terhadap para calon ASN yang nantinya akan diterima, mantan Kapolres Metro Jakarta Barat ini berharap bisa mendapatkan calon-calon yang berkualitas, mengingat makin beratnya pekerjaan BNPT kedepan.
“Kita harapkan kedepannya BNPT akan terus mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga kita bisa menjalankan organisasi dengan baik, karena peranan BNPT kedepan akan lebih berat lagi, yang kita hadapi masalah ideologi dan paham-paham yang bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45,” ujarnya mengakhiri.