Morotai – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Selasa (7/8/2018), menggelar kegiatan Dialog Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Terorisme di Daerah Perbatasan di Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara. Mantan narapidana terorisme Ali Fauzi dihadirkan sebagai salah satu pemateri.
Direktur Pencegahan BNPT, Brigadir Jenderal Polisi Hamli, mengatakan dialog di Morotai adalah bagian dari upaya pencegahan agar masyarakat tidak terpapar radikalisme dan terorisme.
“Ini ibarat imunisasi agar bapak dan ibu tidak terkena penyakit,” kata Hamli.
Dalam paparannya Hamli juga mengungkap bagaimana bahaya terorisme dengan menyajikan gambar-gambar akibat terorisme yang terjadi di Suriah, Irak dan Libia. “Suriah dulu indah, masjid Bani Umaiyah, gereja kursinya bagus-bagus, sekarang semuanya hancur. Jangan sampai yang seperti itu terjadi di Morotai,” tambahnya.
Dalam dialog ini BNPT menghadirkan sejumlah pemateri. Antara lain Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Maluku Utara, Syamsudin A. Kadir, pengajar di Universitas Khairun, Maluku Utara, Namrukel, dan mantan narapidana terorisme, Ali Fauzi Manzi.
“Pak Ali Fauzi ini mantan kombatan di Mindanao. Kalau pulang dan pergi lewatnya di sini. Ini alasan kenapa di sini penting diadakan pencegahan terorisme, sekali lagi, semata-mata untuk mencegah agar masyarakat tidak terpapar radikalisme dan terorisme,” pungkas Hamli.
Ketua FKPT Maluku Utara, Syamsudin A. Kadir, meminta masyarakat tidak kaget melihat kehadiran aparatur penangggulangan terorisme hadir dan melaksanakan kegiatan di Morotai.
“Jangan berfikir berarti di sini ada teroris. Tapi jangan juga bersikap lengah. Pencegahan terhadap radikalisme dan terorisme penting diadakan, terutama karena Morotai adalah daerah perbatasan,” kata Syamsudin.
Sementara Bupati Pulau Morotai, Benny Laos, menyampaikan ucapan terimakasih karena daerah yang dipimpinnya dipilih sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan pencegahan terorisme. Benny mengaku sadar betul Morotai yang berbatasan memiliki kerawanan yang tinggi terhadap terorisme dan peredaran narkoba.
“Itulah kenapa sejak pertama dilantik, kami menetapkan terorisme dan narkoba adalah permasalahan kriminal utama yang harus ditanggulangi dengan baik,” kata Benny.
Khusus terhadap terorisme, masih kata Benny, pihaknya bahkan sudah menetapkan dua program bersifat penanggulangan. Pertama adalah pembentukan tim terpadu yang diketuai oleh Forum Koordinasi Pimpinan Kepala Daerah (Forkopimda).
“Yang kedua kami memperhatikan kesejahteraan pemuka agama. Di Morotai ada 187 rumah ibadah, semua imam dan pendetanya kami honor. Dengan cara ini kami harapkan mereka bisa lebih maksimal ikut melakukan pencegahan terhadap terorisme,” tutup Benny.
Kegiatan Dialog Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Terorisme di Daerah Perbatasan di Kabupaten Pulau Morotai ditargetkan diikuti oleh 100 orang peserta. Namun antusiasme tinggi ditunjukkan oleh masyarakat dari berbagai unsur, sehingga jumlah peserta tercatat mencapai 150 orang. [shk/shk]