Hadiri Haul ke-10 Gus Dur, Kapolda Metro Bicara Politik Identitas, Radikalisme dan Medsos

Jakarta – Kapolda Metro Jaya, Komjen Pol Gatot Eddy Pramono menghadiri peringatan Haul ke-10 Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Gatot bicara mengenai tiga tantangan kebudayaan yaitu politik identitas, radikalisme, dan media sosial (medsos).

“Mungkin bapak ibu mengingat. Akhir-akhir ini mungkin 2016 ke atas, politik identitas juga menguat dan lain sebagainya. Kenapa hal ini bisa terjadi, nanti saya akan mengaitkan bagaimana permasalahan-permasalahan ini dengan budaya-budaya yang kita miliki,” kata Gatot di Masjid Jami Al Munawarah, di Jalan A Munawarah II, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu, (28/12).

Gatot menjelaskan bangsa Indonesia memiliki keberagaman etnis, agama, adat, serta budaya. Menurutnya, apabila perbedaan tersebut disalurkan dalam bentuk ujaran kebencian di sosial media akan menimbulkan konflik dalam bangsa Indonesia.

“Nah saya selalu menyampaikan ketika kita mengangkat perbedaan yang ada, kemudian perbedaan-perbedaan itu diungkapkan dalam bentuk ujaran-ujaran kebencian melalui media media sosial,” kata Gatot.

“Ini dapat menimbulkan konflik horizontal mungkin kecil tapi lama kelamaan dia akan membesar dan bisa menimbulkan disintegrasi bangsa. Nah ini tantangan kita ke depan,” sambungnya.Gatot mengatakan dampak negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat melunturkan nilai-nilai budaya luhur bangsa kita. Perkembangan ini juga berpotensi memunculkan paham radikalisme.

“Juga munculnya tadi paham-paham yang ingin mengubah daripada keadaan sosial politik kita. Kalau saya mengatakan munculnya paham radikalisme,” ujar Gatot.

Dia juga mengatakan kisahnya saat menangkap salah satu jaringan terorisme Abu Zee. Dia menceritakan jaringan Abu Zee melakukan penyebaran ajarannya melalui sosial media.

“Bahkan terakhir sekali, kita menangkap yang namanya kelompok Abu Zee. Itu dari mana mereka belajar? Mereka tidak tatap muka, tidak lagi face to face, tapi dalam satu grup di grup salah satu media sosial yg terenskripsi, mereka menyampaikan menyebarkan link-link ajaran itu,” kata Gatot.

Kemudian, tantangan ketiga dalam memajukan kebudayaan bangsa di masa depan adalah media sosial. Menurutnya saat media sosial berkelindan dengan paham radikalisme ataupun politik identitas dapat memancing timbulnya ujaran-ujaran kebencian yang memecah bangsa.

“Nah kalau media sosial ini berkelindan kemudian dengan paham radikalisme kemudian berkelindan lagi dengan yang namanya politik identitas. Muncul lah berita-berita hox dan ujaran kebencian. Yang dapat menimbulkan konflik-konflik dari yang ekskalasinya rendah sampe yang besar,” ungkap Gatot.

Gatot pun kembali menceritakan tentang nilai-nilai budaya Indonesia yang diajarkan Gus Dur semasa hidupnya, yaitu persaudaraan, kebersamaan, dan menghormati kearifan lokal.

“Nah kalau ini terus kita hidupkan bersama, saya kira ke depan permasalahan-permasalahan yang muncul dengan solusi-solusi saat seperti sekarang ini, bisa kita antisipasi dan kita bisa menjaga negara kita negara Indonesia ini tetap dalam satu bingkai negara kesatuan republik Indonesia,” terangnya.