Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melakukan
penguatan Konsolidasi Bersama Tokoh Agama dan Ormas Keagamaan dalam
menjawab tantangan pasca transformasi ekonomi politik di Indonesia.
Kegiatan itu berlangsung di Jakarta, Rabu (30/4/2025) dengan
menghadirkan pembicara Deputi 1 BNPT Mayjen TNI Sudaryanto, S.E.,
M.Han., dan Ketua Umum Lembaga Persaudaraan Ormas Islam (LPOI) dan
Lembaga Persaudaraan Ormas Keagamaan (LPOK) Prof. Dr. KH. Said Aqil
Siradj.
Deputi 1 BNPT Mayjen TNI Sudaryanto dalam sambutan pembukaan
mengatakan, perubahan sosial politik, dan ekonomi di Indonesia saat
ini berlangsung begitu cepat dan kompleks. Pemerintah, dengan berbagai
ikhtiar dan kebijakannya, tengah berupaya mengarahkan bangsa ini agar
dapat bertahan, beradaptasi, bahkan tumbuh di tengah tantangan global
yang tidak mudah.
Namun sebagaimana setiap proses perubahan tentu terdapat ruang-ruang
yang perlu didampingi, dikritisi secara bijak dan dilengkapi oleh
kekuatan sosial lain. – disinilah letak pentingnya peran tokoh dan
ormas keagamaan.
“Agama bukan hanya wahyu spiritual, tetapi juga peta moral bagi
kehiduoan bermasyarakat dan berbangsa. Maka, peran tokoh agama dan
ormas keagamaan tidak hanya relevan, tetapi menjadi penyangga utama
peradaban bangsa,” ujar Deputi 1 BNPT.
Lebih lanjut, Mayjen Sudaryanto menyampaikan tiga fungsi besar tokoh
agama dan Ormas Keagamaan yang bisa diemban persama dalam menyikapi
dinamika tersebut. Pertama sebagai penjaga moral dan etika publik.
Menurutnya, tokoh agama adalah penjaga nurani publik. Di tengah
percepatan kebijakan dan tekanan ekonomi global, suara pemuka agama
dibutuhkan untuk menjaga agar setiap langkah bangsa tetap berpijak
pada nilai-nilai keadilan, kejujuran, dan kepedulian.
Kedua sebagai penyeimbang antara negara dan masyarakat. Ia menjelaskan
bahwa Ormas Keagamaan memiliki kedekatan yang sangat kuat dengan
masyarakat. Pasalnya, Ormas Keagamaan mengenal denyut nadi umat,
memahami harapan dan kesulitan di akar rumput. Di sisi lain, ormas
juga memiliki akses dan komunikasi dengan pemerintah.
Ketiga, ungkap Sudaryanto, tokoh agama dan Ormas Keagamaan sebagai
pelayan umat dan pendorong pemberdayaan sosial ekonomi. Sudah terbukti
bahwa lembaga-lembaga keagamaan memilliki kapasitas besar dalam
menggerakkan ekonomi rakyat, mencerdaskan generasi, serta menjaga
solidantas sosial.
“Ketiga fungsi ini – penjaga moral, penyeimbang sosial, dan pelayan
umat-merupakan bentuk kontribusi konkret yang dapat terus kita rawat
dan kembangkan,” jelasnya.
Dalam semangat kolaborasi, ia yakin bahwa pembangunan bangsa bukanlah
tanggung jawab satu pihak saja. Negara, ormas, masyarakat, dan
seluruh elemen harus saling memperkuat, saling menjaga dan saling
membesarkan.
“Mari kita bangun masa depan bangsa ini dengan keseimbangan antara
nilai dan nalar, antara kebijakan dan keadilan, antara pembangunan dan
pengayoman,” tuturnya.
Pada kegiatan ini juga digelar diskusi dengan menghadirkan narasumber
Ketua MUI Dr. KH. Yusnar Yusuf Rangkuti, Direktur Pencegahan BNPT
Prof. Dr. Irfan Idris, MA., Staf Khusus Bidang Penegakkan Keadilan dan
Konsiliasi Menko PMK Irjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid, SE., MM., Prof. Ai
Fatimah Nur Fuad dari Uhamka.
Kegiatan dihadiri oleh kurang lebih 100 peserta yang terdiri dari
pengurus ormas yang tergabung di LPOI/LPOK antara lain, NU,
Muhammadiyah, Al Washliyah, Persis, Al Irsyad, DDI, Perti, PITI,
Syarikat Islam, Ikadi, Al Ittihadiyah, Muslimat NU, Aisyiyah,
Mathla’ul Anwar