Solo – Penyebaran radikalisme banyak ditemukan melalui sekolah dan lembaga pendidikan lainya. Seperti yang ditemukan oleh Gus Miftah dalam rangkaian keliling Talk Show Kebangsaan di beberapa daerah.
Seperti diketahui, Pemimpin Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, Yogyakarta, Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah selalu menggelar dialog dengan murid sekolah di setiap kegiatan.
Tiga temuan paling ekstrem dan radikal yang ditemui yakni seorang siswa menanyakan bagaimana pendapatnya, ada guru sekolah di Karanganyar, yang mengajak membenci pemimpin. Pernyataan ini ironis, karena guru merupakan aparatur sipil negara (ASN) yang dibayar oleh negara justru menjelek-jelekkan negara.
“Kemudian di Boyolali ada guru yang mengharamkan siswa didiknya untuk hormat kepada merah putih karena dianggap thogut,” kata Gus Miftah saat Talk Show KEbangsaan di Balai, Kamis (3/8/2023) sore.
Temuan selanjutnya ada yang menyampaikan Indonesia tidak bisa maju karena tidak menggunakan khilafah di Kudus. Paham radikal itu ada di kalangan ASN. Padahal tidak ada negara yang berhasil dengan sistem khilafah.
“Yang disampaikan pemerintah melalui Badan Intelijen Negara ada beberapa radikalisme dan intoleransi benar, bukan isapan jempol,” jelas dia.
Adapun Gus Miftah menyampaikan materi Talk Show Kebangsaan sekitar dua jam kepada sekitar 2.000 pelajar di Pendapi Gede kompleks Balai Kota Solo.Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mendampingi Gus Miftah di panggung meskipun tak menyampaikan materi.
“Ya memang ini merupakan salah satu target kami di kalangan pelajar dan mahasiswa dalam rangka memberikan pemahaman kebangsaan yang baik dan benar sebagaimana amanah Presiden Jokowi kepada saya,” kata Gus Miftah
Menurut dia, ada paham-paham yang memprovokasi pelajar untuk membenci para pemimpinnya yang membuat proses pembangunan bangsa terkendala. Dia mengklaim bukan corong pemerintah, namun mengajak para siswa mendudukkan masalah sesuai proporsinya.
“Berlaku mekanisme check and balance. Pemahaman itu yang saya sampaikan ke pemerintah. Jangan sampai kebencian kepada orang lain dan pemimpin jadi kontraproduktif,” tuturnya
Dia mengatakan orang dengan paham radikal tak pernah berhenti untuk melakukan kampanye pahamnya. Talk Show Kebangsaan harus dilakukan terus supaya pelajar memiliki pemahaman yang baik dan benar tentang kebangsaan.
“Empat hal yang harus dipahami, Pancasila sebagai ideologi, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan Undang-undang Dasar 1945,” tandas Gus Miftah.