Jakarta – Insiden pembubaran ibadah jemaat Kristen dan perusakan vila di Desa Tangkil, Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat, terus menuai sorotan. Berbagai kalangan menyatakan keprihatinan atas aksi main hakim sendiri yang dinilai mengancam kerukunan umat beragama di Indonesia.
Salah satu suara yang lantang menentang tindakan tersebut datang dari pendakwah kondang, KH Miftah Maulana Habiburrahman atau akrab disapa Gus Miftah. Ia mengecam keras tindakan intoleran yang terjadi pada Kamis (27/6), ketika sekelompok warga membubarkan secara paksa kegiatan ibadah jemaat Kristen dan merusak bangunan vila yang digunakan untuk pembinaan rohani.
“Konstitusi kita menjamin kebebasan beragama. Tidak ada alasan membenarkan kekerasan atas dasar perbedaan keyakinan,” tegas Gus Miftah dalam pernyataan tertulis, Selasa (1/7).
Aksi tersebut terekam dalam video yang menyebar luas di media sosial dan memicu kecaman publik. Meski bangunan yang dirusak bukan gereja resmi, melainkan rumah pribadi yang digunakan sebagai tempat ibadah, Gus Miftah menegaskan bahwa itu bukan alasan pembenar untuk tindakan anarkis.
“Menggelar ibadah di rumah pribadi itu sah, sebagaimana umat Islam mengadakan pengajian di rumah. Jangan sampai ada standar ganda,” ujar Gus Miftah.
Ia mengingatkan bahwa tindakan represif terhadap kelompok minoritas tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga bisa merusak tatanan kebhinekaan dan menebarkan rasa takut di tengah masyarakat.
“Kalau memang ada persoalan soal izin, selesaikan dengan mekanisme hukum dan dialog. Jangan dengan intimidasi atau perusakan,” tambahnya.
Menurut Gus Miftah, menjaga kerukunan antarumat beragama bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat, termasuk tokoh agama, aparat, dan pemerintah daerah.
Ia juga mendorong penguatan peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) sebagai jembatan dialog dan penyelesai konflik berbasis keyakinan secara damai.
“Kerukunan itu harus dirawat setiap hari. Bukan hanya dijaga saat krisis. Kita harus antisipatif, bukan hanya reaktif,” tandasnya.
Menutup pernyataannya, Gus Miftah menyerukan agar masyarakat Indonesia terus menebarkan nilai-nilai kasih, damai, dan persaudaraan lintas iman, demi menjaga keutuhan bangsa yang plural dan beradab.