Jakarta – Miftah Maulana Habiburrahman atau akrab dikenal Gus Miftah mengingatkan pentingnya dialog kebangsaan untuk menepis bahaya paham radikalisme di kalangan pelajar. Kewaspadaan itu dinilai penting mengingatk penelitian dua tahun lalu menyebutkan 30% pelajar di Jawa Timur terpapar paham radikalisme.
Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji Sleman itu meminta pelajar untuk bangga dengan budaya atau kearifan lokal yang dimiliki bangsa ini.
“Paham radikalisme bisa menyusup, melalui fashion, food maupun fun. Jangan kearab-araban, atau kebarat-baratan, namun harus bangga dengan budaya lokal,” ujar Gus Miftah dalam Talk Show Kebangsaan di sebuah sekolah SMK, di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo, pada Senin (13/5).
Gus Miftah menekankan pentingnya gerakan moderasi berbangsa dan beragama yang menyenangkan. Mengingat Indonesia banyak terdiri dari suku, ras, agama, namun perbedaan itu tidak memecah belah justru menyatukan.
“Inilah yang perlu dipahamkan kepada peserta didik kita. Sehingga kalau mereka berbeda itu tidak dianggap musuh, tetapi memperkaya khasanah kebangsaan kita,” kata Gus Miftah.
Berkaca dari penelitian itu, Gus Miftah mengaku prihatin. Pasalnya Jawa Timur sangat dekat dengan etika santri.
“Makanya kita terus banyak masuk ke kampus maupun ke sekolah,” tegas Gus Miftah.
Sementara Kepala SMK Krian 1 Sidoarjo, Dhini Mekarsari berharap, kehadiran Gus Miftah memberikan wawasan kebangsaan ini, anak-anak lebih memahami tentang pentingnya nasionalisme. Sehingga mereka akan terhindar dari paham radikalisme.
“Makanya muatan kearifan lokal itu lebih dikuatkan, seperti yang dikatakan Gus Miftah dalam tausiyahnya tadi,” kata Dhini.