sumber : m.tempo.co

Gus Ipul Minta Masyarakat Bantu Aparat Tangani Terorisme

Malang – Wakil Gubernur Jawa Timur (Wagub Jatim), Saifulllah Yusuf, meminta masyarakat membantu aparat dalam penanganan terorisme di darah itu. Hal tersebut ditegaskannya setelah ditangkapnya terduga teroris bernama Syahrul Munif, 35, warga Kelurahan Pagentan, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.

Gus Ipul, sapaan akrab Saifullah Yusuf, menilai bahwa pemberantasan terorisme harus dilakukan secara bersama–sama oleh aparat keamanan dan masyarakat. “Aparat keamanan memang memiliki tugas itu, tetapi kita berharap masyarakat harus ikut membantu berpartisipasi dengan memberikan informasi–informasi yang terjadi disekitarnya,” kata Wagub Jatim itu kepada wartawan, Selasa (20/6/2017).

Dijelaskan, Provinsi Jatim disebut–sebut sebagai daerah yang rawan tempat persembunyian terorisme, harus mendapatkan perhatian khusus agar tidak terjadi tindakan–tindakan ekstrimis tersebut. Dalam hal ini, masyarakat harus berani memberi masukan dan informasi kepada Densus 88, kepolisian, dan aparat lain yang tergabung dalam intelijen daerah, mengenai keberadaan para teroris.

“Selama ini, aparat keamanan yang ada di Jatim sudah bekerja keras untuk menangkal serangan terorisme. Dengan demikian, dia yakin bahwa kondisi di lingkungan masyarakat akan selalu aman dan nyaman. Sekarang aparat bekerja, masyarakat juga ikut membantu. Kita ingin Jatim kondusif dan terjaga terus,” jelas Gus Ipul seperti dikutip dari ‘radarmalang.id’

Untuk menangkal berkembangnya faham–faham yang dinilai menyimpang di Jatim, pihaknya sudah berupaya dengan merangkul para tokoh agama dalam memberikan ajaran–ajaran yang sesuai dengan kultur Bangsa Indonesia. Dia pun meminta Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan juga tokoh–tokoh agama yang lain untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat supaya tidak ikut–ikutan dalam gerakan islam yang tidak cocok di Indonesia.

Seperti diberitakan, Densus 88 Antiteror berhasil menguak sel-sel jaringan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Malang. Densus menangkapnya Syahrul Munif pada pukul 08.00 WIB, Senin (19/62017). Syahrul diduga sebagai anggota ISIS setelah dia mengunggah sebuah video di YouTube yang menampilkan dirinya sedang berada di lokasi peperangan di Suriah.

Kapolres Malangm AKBP Yade Setiawan Ujung, menguatkan jika Syahrul masuk jaringan ISIS karena di rumah kontrakannya juga ditemukan dokumen keberangkatannya ke Syria. Dalam dokumen itu tertulis, Syahrul sekitar Oktober 2013 lalu berangkat dari Malang menuju Syria. Rutenya, dari Malang ke Bandara Juanda Surabaya, lalu bertolak ke Kuala Lumpur, Malaysia. Dari Malaysia, dia terbang menuju Turki lalu lewat jalur darat masuk ke Syria.

Di negara yang sedang bergolak tersebut, Syahrul bergabung dengan kelompok Abu Jandal, pentolan Jamaah Ansharut Daulah Malang, yang jadi sayap ISIS di Suriah. Pada sekitar tahun 2013-an, Abu Jandal menjadi buruan nomor wahid Polri dan TNI. Sebab, dia telah menantang perang dua institusi negara Republik Indonesia (RI) tersebut lewat unggahan di YouTube.

Sebelum tewas dalam perang di Syria pada 2016 lalu, Abu Jandal termasuk orang kepercayaan pemimpin ISIS Nusantara, Aman Abdurrahman. Dia menjadi penghubung antara jaringan ISIS di Suriah dengan yang ada di Indonesia pimpinan Aman Abdurrahman.

Aman Abdurrahman sendiri saat ini sedang mendekam di Lapas Nusakambangan dalam kasus pengeboman di Cimanggis (2003), bom yang meledak di Polres Cirebon (2011), dan penembakan polisi di Pamulang, Tangerang Selatan (2013). Setelah Abu Jandal meninggal, Syahrul Munif direkrut untuk menjadi penerusnya. Bahkan, kabarnya, dia tertarik bergabung ke Syria karena mendapat iming-iming gaji Rp 6 juta per bulan.

Namun kenyataannya, selama berada di Syria, Syahrul hanya mendapat bayaran Rp 600 ribu per bulan. Ini yang menjadi alasan Syahrul hanya kuat selama enam bulan di negara yang dulunya bernama Syam itu. Sekitar Maret 2014, Syahrul pulang ke Malang. Dia menikah dengan Putri, warga Perum Bumi Mondoroko, Singosari, dan kini dikaruniai satu putra.

Selama beberapa bulan, Syahrul sempat tinggal di rumah mertuanya di Mondoroko. Namun, akhirnya dia memilih hidup mandiri dengan mengontrak rumah di Pagentan Singosari. Sejak pulang dari Suriah, Densus 88 terus memantau gerak-gerik Syahrul. Selama di Pagentan, Syahrul berdagang buku lembar kerja siswa (LKS). Setiap hari dia jajakan LKS ke sejumlah sekolah di Singosari dan sekitarnya.

Karena namanya sudah terdeteksi sebagai anggota jaringan ISIS, sejak Rabu (14/6/2017), tim Densus 88 sudah menyanggong di kawasan Pagentan. Kebetulan rumah kontrakan Syahrul itu berada dekat dengan perumahan Koramil. Penangkapan baru dilakukan ketika Syahrul keluar dengan naik motor Honda Vario hendak berdagang buku LKS.