Jakarta – Para tenaga pendidik yang baru saja memperingati Hari Guru Nasional harus memberikan pendidikan karakter dan wawasan kebangsaan kepada anak-anak zaman milenial. Tidak sekadar mengajarkannya secara teori, namun memberikan contoh dan teladan secara nyata di lingkungan sekolah atau kampus.
Demikian diungkapkan dosen pascasarjana Universitas Pelita Harapan Dr Emrus Sihombing, MSi ketika ditanya bagaimana sikap guru dalam menanamkan pendidikan karakter kepada para pelajar.
“Saya pikir tidak sekadar memberikan pendidikan karakter secara teori, tapi perkataan harus sejalan dengan perbuatan. Misalnya, guru bilang jangan pakai HP di kelas tapi guru itu sendiri pakai HP, jangan merokok tapi guru itu sendiri merokok. Atau dosen bilang jangan tawuran, tapi para dosen sikut-sikutan. Yang begini tidak boleh,” paparnya kepada Damailahindonesiaku.com, Selasa (28/11/2017).
Yang lebih utama dari itu, katanya, para pelajar dan mahasiswa juga harus diberikan wawasan kebangsaan, supaya mereka bisa hidup berdampingan dengan sikap saling menghargai dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terdiri atas banyak suku bangsa dan agama. “Anak-anak harus diberikan pendidikan moral dan kebangsaan supaya saling menghargai dalam kebhinnekaan dan pluralisme. Ini sangat penting untuk mempertahankan kebangsaan kita yang terdiri atas berbagai suku dan agama,” katanya.
Selain mengajari etika dan sopan santun, kata Direktur Emrus Corner itu, guru harus menghargai pendapat anak didiknya. “Karena pada zaman milenial ini di mana informasi sudah sangat terbuka, dalam bidang tertentu bisa saja anak didik lebih pintar dari guru. Mereka bisa saja mengetahui banyak hal dengan mengakses informasi dari berbagai media,” katanya.