Ternate — Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda mengajak kalangan mahasiswa untuk aktif berperan dalam mencegah penyebaran paham radikal dan terorisme, baik di lingkungan kampus maupun di tengah masyarakat.
Pesan tersebut disampaikan melalui Staf Ahli Gubernur Bidang Hukum, Politik, dan Pemerintahan, Dr. Fachruddin Tukuboya, saat menghadiri Focus Group Discussion (FGD) bertema “Peran Mahasiswa dalam Menangkal Paham Terorisme di Maluku Utara” yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Maluku Utara (BEM UNUTARA) di Caffe Sija, Ternate, Senin (10/11/2025).
Kegiatan yang digelar bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan Nasional itu menjadi refleksi bagi mahasiswa tentang peran mereka sebagai agen perubahan dan penjaga nilai kebangsaan.
Menurut Fachruddin, pemerintah provinsi menaruh harapan besar kepada organisasi kemahasiswaan untuk menjadi garda depan dalam membangun kesadaran akan bahaya paham ekstremisme dan memperkuat semangat toleransi di Maluku Utara.
“Mahasiswa harus menjadi benteng moral bangsa. Pemerintah berharap mereka meningkatkan wawasan tentang bahaya terorisme dan menanamkan nilai toleransi serta kerukunan antarumat beragama,” ujarnya.
Akademisi yang juga doktor ilmu lingkungan Universitas Indonesia itu menuturkan sembilan poin harapan pemerintah kepada mahasiswa, antara lain meningkatkan literasi publik tentang bahaya terorisme, menggelar seminar dan kampanye anti-radikalisme, serta menjalin kerja sama dengan aparat keamanan dalam mendeteksi potensi ancaman di tingkat lokal.
Fachruddin juga mengingatkan pentingnya kewaspadaan di ruang digital. Mahasiswa diminta tidak mudah terprovokasi oleh ajakan yang menyesatkan, serta menggunakan media sosial secara bijak agar tidak menjadi sarana penyebaran paham kekerasan.
“Media sosial harus dimanfaatkan untuk menyebarkan pesan damai, bukan kebencian. Itu bentuk nyata kontribusi mahasiswa bagi ketahanan ideologi bangsa,” tegasnya.
Sementara itu, Presiden BEM UNUTARA Risman Taha menyampaikan apresiasi atas komitmen Pemerintah Provinsi Maluku Utara terhadap isu kebangsaan dan keamanan sosial. Namun, ia menilai upaya pencegahan radikalisme juga perlu diimbangi dengan kebijakan yang memperkuat pemberdayaan ekonomi bagi generasi muda.
“Radikalisme tidak bisa dilepaskan dari faktor sosial ekonomi. Pemerintah perlu memperluas lapangan kerja, meningkatkan pelatihan keterampilan, dan memperkuat pendidikan karakter di kampus,” kata Risman.
Ia menekankan pentingnya pendekatan holistik yang mencakup aspek pendidikan, sosial, ekonomi, dan politik, serta kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi internasional untuk menekan penyebaran paham ekstrem.
Fachruddin menambahkan, Gubernur Sherly Tjoanda berkomitmen memperkuat kerja sama lintas sektor antara pemerintah daerah, lembaga pendidikan, dan aparat keamanan agar Maluku Utara tetap menjadi daerah yang damai, toleran, dan bebas dari pengaruh ekstremisme. “Dengan semangat Hari Pahlawan, kita ingin mahasiswa tidak hanya mengenang perjuangan masa lalu, tetapi juga menjadi pahlawan masa kini—pahlawan yang menjaga kedamaian dan persatuan bangsa,” tutupnya.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!