Surakarta – Persoalan radikal terorisme tidak muncul begitu saja tetapi bisa juga ada faktor-faktor tertentu seperti persoalan sosial, ekonomi dan lainnya. Proses pembinaan melalui pendidikan dapat memungkinkan masyarakat utamanya para generasi muda untuk terhindar dari proses radikalisasi yang bakal membawanya lebih jauh sebagai teroris.
Hal tersebut dikatakan Gubenrur Jawa Tengah (Jateng), H. Ganjar Pranowo, SH, M.I.P dalam sambutannya melalui video conference pada acara Silaturahmi Kebangsaan dalam rangka Penanggulangan Terorisme bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopinda), Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat Provinsi Jawa Tengah (Jateng) yang digelar oleh Direktorat Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang berlangsung di The Sunan Hotel, Surakarta, Jumat (2/10/2020) siang.
“Pendidikan ini merupakan hal yang penting yang patut menjadi perhatian bersama dalam rangka mencegah dari masuknya berbagai paham radikal yang dapat mengancam keutuhan NKRI. Tidak hanya itu, kami berharap para tokoh masyarakat dan tokoh agama juga turut berperan dalam membentengi masyarakat utmanaya generasi muda agar tidak mudah terinfiltarasi paham radikal terorisme tersebut.
Dikatakan Ganjar, denga pendidikan dapat mengembalikan mereka pada kemanusiaan yang memiliki cinta dan rasa kasih sayang. Karena pendidikan yang berbasis Pancasila dan NKRI ini dibutuhkan untuk memperkuat bangsa ini,
“Pancasila adalah suatu semangat yang telah dihadirkan oleh para pendiri bangsa ini guna menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang mencintai perdamaian dan menghargai keragaman. Dengan meneguhkan pendidikan semacam itu bisa menjadikan masyarakat untuk menyukai perdamaian,” kata mantan anggota DPR RI ini.
Dalam kesempatan tersebut Ganjar juga meminta kepada para masyarakat pengguna media social utamanya para generasi muda agar dapat mengisi media sosial dengan konten ataupun narasi positif. Hal ini agar masyarakat juga bisa mendapatkan inspirasi untuk berbuat baik.
“Penuhi media social ini dengan hal-hal yang positif, seperti tolong menolong, menghormati perbedaan saling bertoleransi dan lainnya. Model seperi begini-begini ini harus memenuhi semua media, termasuk media social,” kata mantan Ketua Umum Alumni Universitas Gadjah mada (Kagama) ini.
Ganjar mengatakan pemerintah juga harus terus melakukan sosialisasi dan edukasi pada masyarakat. Cara dan metode yang digunakan juga harus memenuhi unsur kebaruan. “Kalau dulu modelnya penataran, di ruang tertutup dan sifatnya klasikal, maka sekarang mesti dibuat yang lebih menarik. Dengan video, dengan pemanfaatan media sosial dan lainnya,” jelasnya.
Terakhir, Ganjar pun berpesan kepada para tokoh agama maupun tokoh masyarakat agar tetap menjaga silaturahmi dan toleransi sebagai upaya untuk menangkal radikalisme. “Kami berharap dengan adanya silaturahmi ini juga bisa menciptakan persepsi yang sama anrara BNPT, Forlopinda dan juga bersama tokoh agama serta tokoh masyarakat tentang pencegahan paham radikalisme,” ucap Ganjar mengakhiri
Sementara itu Bupati Karangnayar, Drs H. Juliyatmono, MM, yang turut hadir pada acara tersebut mengatakan bahwa selama ini pihaknya telah melakukan upaya kongrit sebagai upaya untuk menanamkan wawasan kebangsaan dalam menangkal masuknya paham-paham radikal terorisme. Yang mana pesertanya selama ini banyak diikuti para generasi muda.
“Kami sering melakukan kemah-kemah kebangsaan yaitu makin muda pesertanya, termasuk yang ada di sekolah sekolah kita jadikan pelopor gerakan anak muda yang inspiratif untuk mencegah cara berpikir yang kurang sehat, kurang produktif bagi masa depan mereka,:” kata Drs H. Juliyatmono, MM .
Tidak hanya itu, pihaknya pun juga sering bertemu dengan mantan narapidana kasus terorisme. Dimana para mantan napi terorisme ini diberdayakan dan dicarikan solusi agar ekonominya membaik. Hal ini juga sebagai pintu untuk komunikasi dengan orang-orang yang memiliki jaringan kecenderungan pada paham yang kurang baik tadi.
“Ini tentunya jauh lebih mudah komunikasinya karena mereka tahu teman-teman yang punya paham-paham yang ‘nyeleneh-nyeleneh’ itu. Mereka juga tahu jaringan mana. Kita ajak diskusi dan kita lakukan upaya-upaya pencegahan dengan melakukan kegiatan-kegiatan di sekitar orang yang terduga punya paham nyeleneh itu,” ujarnya
Hal ini menurutnya agar para generasi muda dapat steril, netral, untuk tidak larut dalam pemikiran yang sesaat kelihatannya menjanjikan dan menarik. “Padahal sebenanrya di belakang itu sungguh amat merugikan mereka itu,” ujarnya.
Untuk itu Juliyatmono pun sangat mengapresiasi dengan digelarnya silaturahmi yang digelar BNPT dengan para Forkopinda dan juga bersama para tokoh agama beserta tokoh masyarakat ini. Karena silaturahmni ini merupakan langkah yang sangat bagus dan strategis. Karena dengan semakin akrab dengan sesering mungkin melakukan silaturahmi itu mengurangi persepsi dari semua pihak.
“Kami dari unsur pemerintah seperti yang kami sampaikan tadi agar semua tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat sesering mungkin untuk bertemu dan sampai memunculkan generasi-generasi muda supaya menjadi pelopor persatuan dalam menangkal paham paham radikal sangat merugikan bagi masa depan mereka sendiri,” katanya mengakhiri.
Acara silaturahmi ini dihadiri langsung oleh Kepala BNPT, Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar. para pejabat BNPT yang turut hadir dalam acara tersebut yaitu Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi, Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis, Direktur Pencegahan, Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid, SE, MM, Direktur Deradikalisasi Prof Dr. Irfan Idris, MA, Kasubdit Kontra Propaganda, Kolonel Pas. Drs. Sujatmiko dan Kasubdit Bina Luar Lapas Kolonel Sus. Solihudin Nasution
Forkopinda yang hadir pada acara silaturahmi ini Komandan Korem 074/Wirastratama Kolonel Inf Rano Maxim Adolf Tilaar, Kapolres Surakarta Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak, Dandim 0735/Surakarta Letkol Inf Wiyata Sempana, SE, MDS.
Lalu umtuk Tokoh Agama yang hadir diantaranya yakni KH Subari (Ketua FKUB, Ketua MUI, Ketua Muhammadiyah), KH. Abdul Rozaq Shofawi (Pengasuh Ponpes Al Muayyad Mangkuyudan), Ust. Yahya Abdurrahman (Ketua Ponpes Al Mukmin Ngruki), Tri Prasetya, SH (Tokoh Agama Katholik), Dr. Joko Wahyu (Tokoh Agama Katholik), Tanto Kristiyono (Tokoh Agama Kristen),
Sementara itu untuk Tokoh Masyarakat dihadiri oleh Dr. Ngataawi Al Zastrow (budayawan), Dr. Amir Mahmud (Direktur Amir Mahmud Center), Sumartono Hadinoto (Perkumpulan Masyarakat Surakarta), Tedjo Wulan (Mahapatih Keraton Surakarta), GKR Wandansari, M.Pd (Ketua Dewan Adat Keraton Mataram Surakarta), Ade Ujianingsih (Aktifis Muda), Hilya Maliha Ibrahim (Bumi Laweyan Surakarta), Bambang Nugroho (Ketua KNPI kota Surakarta).