Niamey – Gerilyawan ISIS dan Al Qaida menewaskan 71 tentara dalam serangan kamp militer terpencil di Niger dekat perbatasan dengan Mali. Kabar itu disampaikan juru bicara militer pada Rabu (11/12/2019). Penyerbuan itu juga menjadi yang paling mematikan terhadap militer Niger sepanjang sejarah.
Gerilyawan tersebut melancarkan serangan mematikan di seluruh kawasan Sahel Afrika Barat tahun ini meski adanya komitmen dari ribuan pasukan kawasan dan asing untuk memerangi mereka.
Kekerasan yang melanda Mali dan Burkina Faso meningkat, menyebabkan sejumlah petak wilayah tanpa pemerintahan, tetapi juga meluas ke Niger, yang memiliki perbatasan panjang dan berpori dengan dua negara tetangganya.
Ratusan gerilyawan menyerang markas di Kota Inates, Niger barat selama tiga jam pada Selasa sore, demikian juru bicara militer Kolonel Boubacar Hassan melalui stasiun TV pemerintah.
Insiden terjadi di tempat yang sama saat ISIS cabang Afrika Barat menewaskan hampir 50 tentara Niger dalam dua serangan pada Mei dan Juli.
“Pertempuran itu (merupakan) kekerasan yang jarang terjadi, yang dikombinasi oleh peluru artileri dan penggunaan kendaraan kamikaze oleh musuh,” Ujar juru bicara militer, dikutip Reuters, Rabu (11/12).
Ia menambahkan bahwa 12 tentara lainnya terluka dan sejumlah lainnya hilang, sementara “jumlah signifikan” gerilyawan juga ikut tewas. Dua sumber keamanan, yang identitasnya dirahasiakan, menyebutkan 30 tentara masih belum ditemukan.
Presiden Mahamadou Issoufou tiba di Niger pada Rabu malam setelah mempersingkat kunjungannya ke Mesir, menurut informasi kantornya di Twitter. Serangan tersebut terjadi di akhir tahun maraknya kekerasan di Inates, komunitas penggembala ternak di dekat pinggiran Sungai Niger, 200 km dari utara ibu kota Niamey.
Selain penyerbuan terhadap militer, gerilyawan yang ingin menegaskan kontrol juga menargetkan warga sipil, menewaskan dua kepala desa tahun ini, menurut dua sumber setempat.