Jakarta – Gerakan #2019GantiPresiden adalah sebuah konvergensi kepentingan dari pihak-pihak yang ingin mendirikan kekhilafahan di Indonesia. Meski memakai hastag gerakan tersebut sebagai topeng, namun jika ditelaah lebih dalam tetap bisa terdeteksi DNA dan tujuan akhir dari gerakan tersebut.
“Topengnya #2019GantiPresiden. Tapi kalau teliti dicermati dan ditelaah, DNA dan tujuan akhir gerakan tersebut adalah mengganti sistem pemerintahan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan sistem kekhilafahan,” jelas pengamat Timur Tengah, Alto Luger dalam keterangan tertulisnya yang diterima awak media, Sabtu (8/9).
Menurut Alto, ada beberapa elemen yang memiliki kepentingan bersama di dalam gerakan tersebut, meski pun beberapa elemen itu belum tentu saling mendukung.
“Kelompok pertama adalah elemen terorisme, yang memberikan angin kepada sel-sel teroris aktif yang ada di Indonesia,” ucapnya.
Mereka, kata Alto, mungkin saja tidak ikut berdemonstrasi bersama secara publik.
“Tapi mereka memanfaatkan situasi anarkistis yang terjadi ini untuk rekrutmen sekaligus pembenaran keberadaan gerakan mereka,” kata Alto.
Kelompok kedua, lanjut Alto, elemen Daulah Islamiyah, seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
“HTI punya tiga tahapan dalam mendirikan khilafah, yang mereka bungkus dalam istilah ‘Revolusi Damai Islam'” jelasnya.
Tahapan pertama, kata Alto, penguatan kader (marhalah al-tathqif). Kedua, tahapan interaksi (marhalah tafa’ul ma’a al-naas) dengan infiltrasi ke militer, polisi, institusi politik tertinggi, dan lembaga pemerintahan lainnya.
“Di tahap ini, melakukan agitasi antara mereka untuk melakukan revolusi dengan menciptakan konflik antara pendukung dan penolak ide Khilafah,” terang Alto.
Alto melanjutkan, tahap ketiga adalah ketika momentum sudah tercapai, maka revolusi atau istislam al-hukmi dilakukan, di mana pemerintahan yang sah dijatuhkan.
Kelompok ketiga yang terlibat Gerakan #2019GantiPresiden adalah elemen politikus oportunis, yang ingin berkuasa, tetapi tidak mendapat tempat dalam pemerintahan yang sedang berjalan.
“Mereka bukan oposisi, tetapi mereka hanya ingin berkuasa dengan cara apa pun,” paparnya.
Sedangkan kelompok keempat adalah elemen kapitalis, yang hanya ingin mendapatkan keuntungan finansial dari kekacauan yang terjadi.
“Bagi mereka, kata Alto, apa pun sistem pemerintahan yang dipakai, yang penting adalah mereka mengumpulkan kekayaan yang sebanyak-banyaknya,” bebernya.
Bersatunya keempat kepentingan itu dalam gerakan #2019GantiPresiden, menurut Alto, berbahaya, karena tujuannya yang jelas dan sama.
Karena konvergensi kepentingan inilah, Alto menegaskan, maka mereka akan berusaha mati-matian untuk menciptakan instabilitas di negara ini.
“Bagi kelompok di atas, semakin susah rakyat, semakin takut rakyat, semakin tidak stabil situasi politik dan keamanan di negara, maka semakin dekat mereka dengan tujuan mereka untuk mengganti sistem,” tegas Alto Luger.