Jakarta – Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menegaskan pentingnya menjaga dan memegang teguh identitas asli bangsa Indonesia untuk menghadapi ‘serangan’ ideologi asing dan kekerasan yang ingin memecah belah NKRI. Penegasan itu disampaikan Zulhasan, panggilan karibnya, di depan ratusan anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) pada Puncak Milad ke 54 IMM di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Rabu (14/3/2018).
Zulhasan menegaskan bahwa pentingnya generasi zaman now untuk menjaga identitas bangsa agar melahirkan rasa empati terhadap bangsanya. Zul tidak ingin budaya Indonesia secara perlahan tergerus oleh budaya asing karena minimnya kesadaran generasi sekarang akan identitasnya. Menurutnya, harus ada kesadaran untuk mengidentifikasi diri mereka sendiri.
Zulhasan menilai mahasiswa sekarang ini hanya mengetahui dari mana mereka berasal tetapi tidak tahu dan tidak mengerti keadaan daerah asalnya, apalagi bangsanya. Hal ini tentu akan mempengaruhi identitas bangsa ini.
”Mahasiswa zaman now kalau ingin menjadi orang hebat, sukses, dan menjadi patriot maka anak muda harus mengerti dengan jiwa yang betul siapa diri mereka, dari mana entitas kita, memiliki kepribadian, rasa kedaerahan yang kokoh dan ditambah dengan mengerti sejarah bangsa,” kata Zulhasan.
Di awal, Zul sebenarnya ingin menyampaikan orasi kebangsaan mengenai Empat Pilar Kebangsaan. Namun, ia urung menyampaikan orasi tersebut karena sudah mengetahui secara pasti para kader Muhammadiyah sudah matang dalam melaksanakan Empat Pilar Kebangsaan dengan kematangan dalam berdemokrasi.
“Demokrasi Muhammadiyah tidak pernah bermasalah dan selalu diputuskan dengan musyawarah mufakat, menunjukkan kematangan demokrasi yang dimiliki Muhammadiyah. Muhammadiyah sudah melaksanakan semua pilar kebangsaan. Jadi berbicara pilar kebangsaan di sini seperti mengajari ikan berenang,” ungkap Zul.
Zul juga berpesan pada mahasiswa agar terus berjuang agar mampu membawa Indonesia menjadi negara yang maju di masa yang akan datang. Pesan tersebut disampikan dalam tiga poin syarat untuk membawa bangsa menjadi bangsa yang maju.
Pertama, mahasiswa harus memiliki identitas yang kuat. “Untuk membawa bangsa ini menjadi bangsa yang maju, mahasiswa harus memiliki pondasi yang dan rasa kebangsaan yang kokoh dengan cara mengerti sejarah bangsa secara baik sehingga mengerti berbagai kekurangan yang dimiliki dan memperbaikinya,” ujarnya.
Penguasaan ilmu dan cara mengelola sebuah bangsa menjadi syarat kedua untuk bangsa yang maju. “Tanpa ilmu akan sangat menentukan siapa kita dan Indonesia di masa depan. Seperti kata Ketua DPR tadi, Indonesia ini kaya, tetapi bukan karena kaya atau tidak kaya menjadi patokan bangsa menjadi maju. Maju atau tidak maju tergantung bagaimana bangsa itu dikelola. Majunya bangsa sangat tergantung pada manusianya,” ungkap Zul.
Terakhir, Zul mengingatkan harus tetap menjunjung tinggi nilai-nilai yang sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut khususnya dalam tahun politik ini digunakan untuk menjaga perdamaian dan dasar dalam pemilihan kepala daerah.
“Demokrasi Pancasila harusnya menghasilkan kesetaraan, menghasilkan keadilan, menghasilkan harmoni bukan ketimpangan, bukan saling melapor, bukan saling menyakiti. Mengapa masih terjadi saling melapor dan saling menyakiti? Menurut Ustad Abdul Somad ini merupakan akibat persaksian palsu. Persaksian palsu karena semua dinilai karena uang. Oleh karena itu, janganlah memilih pemimpin karena uang,” tegasnya.