Jakarta – Universitas Maarif Hasyim Latif (Umaha), Sidoarjo, Jawa Timur telah melakukan penandatanganan Nota kesepahaman (MoU) dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk melakukan kajian tentang pencegahan terorisme di lingkungan perguruan tinggi.
MoU tersebut berlangsung di kantor perwakilan BNPT yang terletak di salah satu Gedung Kementerian, Jakarta pada Kamis (20/4/2017). Rektor Umaha, Dr. H. Ahmad Fathoni Rodli, M.Pd mengakui jika kerawanan generasi muda untuk terpapar faham radikalime memang sangat besar dan sudah cukup mengkhawatirkan.
“Bahkan, saat menjadi mahasiswa, mereka sudah mendapatkan konsep radikalisme dari level dosen atau pengajarnya sendiri. Ini yang sedang kita cari penyebabnya dan cara penyelesaiannya,” ujar Ahmad Fathoni.
Menurutbya, saat ini perguruan tinggi di daerah-daerah pinggiran yang berbasis agama pihaknya sudah bisa kita memantau pantau. “Tapi yang unuk pendidikan yang background nya non keagamaan sangat rentan untuk disusupi paham radikal. Untuk itu perguruan tinggi yang seperti itu sedang kita pantau,” ujarnya.
Dijelaskannya, pihaknya mempunyai paket yang akan digunakan untuk mendeteksi sekaligus sebagai filter baik saat mahasiswa itu mulai masuk perguruan tinggi untuk diteliti termasuk treatmentnya yang melibatkan psikolog dan sebagainya.
“Tetapi itu tidak semata-mata karena orang-orang yang kita pantau itukan sudah mendekati sarjana, jadi kami harus melakukan kamuflase sehingga tidak terasa mereka itu sedang di filter,” ujarnya.
Dirinya bahkan menggunakan beberapa pendekatan agar motif dan potensi radikalisasi bisa diketahui sejak dini. “Bahkan kami sedang mengembangkan games permainan yang bisa mengidentifikasi seberapa jauh tingkat esktrim seseorang terhadap pemahaman konsep radikalisme itu,” ujarnya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan penelitian di daerah-daerah yang sudah punya kecenderungan ada aksi-aksi terorisme. “ Jadi perguruan tinggi yang kita libatkan dalam MoU kami adalah yang dari perguruan tinggi di Sulawesi Utara, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dimana di lokasi tersebut ada kantong-kantong terorisme,” katanya.
Rencananya program kerjasama ini akan menghasilkan kajian ilmiah yang mengikat agar bisa diterapkan dalam sebuah kurikulum dalam dunia pendidikan dan diterapkan dalam berbagai skala usia. “Yang tentu nantinya kajian tersebut juga akan dapat diimplementasikan dalam lingkup perguruan tinggi yang ada di Indonesia,” katanya mengakhiri.