Malang- Generasi muda sebagai generasi harapan bangsa di masa mendatang yang tergabung di dalam Duta Damai Dunia Maya dan Duta Damai Santri didorong untuk memperbanyak narasi maupun diksi yang harus dibaca baik secara offline dan online. Hal ini sebagai upaya agar generasi muda untuk dapat menebarkan perdamaian dalam menghindari perpecahan yang digaungkan oleh kelompok-kelompok yang tidak menginginkan perdamaian di negeri ini.
Hal tersebut dikatakan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Prof. Dr. Irfan Idris, MA, saat acara Dialog Kebangsaan BNPT RI dengan Duta Damai Dunia Maya dan Duta Damai Santri regional Jawa Timur bersama Mahasiswa dan Komunitas di Kota Malang. Acara yang mengambil tema “Deen Assalam” ini digelar di Gedung Rektorat Universitas Brawijaya, Malang, Senin (17/4/2023).
“Karena Duta Damai Dunia Maya dan Duta Damai Santri merupakan jejaring BNPT yang bisa menghadirkan bahasa perdamaian sesuai dengan usia dan kelompok kalangan mereka untuk anak muda. Karena mereka semuanya ini cukup pintar berselancar di dunia maya. Tapi betapa sedihnya kita kalau di dunia maya itu dipenuhi dengan narasi-narasi yang menebar dan menabur kebencian,” ujar Prof Dr. Irfan Idris, MA, di sela-sela acara.
Dikatakan Prof Irfan dengan keberadaan Duta Damai dan Duta Damai Santri ini diharapkan agar mereka dapat meracik narasi kebangsaan dan diberi nafas dan jiwa kearifan lokal sesuai dengan karakter wilayahnya seperti yang ada di Jawa Timur.
“Jadi tidak ada narasi yang seragam, mereka bebas berimprovisasi sesuai dengan profesi latar belakang wilayah keilmuan mereka masing-masing dan disesuaikan juga dengan kearifan lokal sesuai daerah wilayahnya,” katanya.
Dengan demikian menurutnya nanti seluruh Indonesia ini dan seluruh lorong-lorong dunia maya kehidupan mereka akan dipenuhi dengan konten-konten perdamaian sebagai upaya untuk dapat mengimbangi narasi-narasi ataupun konten-konten yang dihembuskan kelompok radikal.
“Jadi siapa saja yang berselancar di dunia maya itu sudah bisa menjadikan produk-produk dari Duta Damai dan Duta Damai Santri ini sebagai menu pilihan. Jangan hanya narasi radikal yang mereka konsumsi kan karena hanya itu yang tersedia, dan kita tidak bisa salahkan dan tentunya juga menjadi intropeksi bagi BNPT sendiri,” kata mantan Direktur Deradikalisasi BNPT ini.
Karena menurutnya, pimpinan BNPT sendiri juga menginginkan Duta Damai Dunia Maya maupun Duta Damai Santri BNPT ini terus diperbanyak di berbagai daerah di Indonesia. Karena saat ini keberadaan Duta Damai Dunia Maya itu baru berada di 18 provinsi dan Duta Damai Santri baru berada di provinsi Jawa Timur.
“Kemungkinan nanti ada satu representasi dari setiap provinsi agar suara-suara perdamaian dari pesantren itu juga banyak yang lahir. Ini agar jangan membiarkan radikalisme terorisme menuding pesantren itu radikal,” ujarnya mengakhiri.
Sementara itu Kasubdit Kontra Propaganda BNPT, Kolonel Sus. Drs. Solihuddin Nasution, M.Si, yang bertindak sebagai narasumber pada acara tersebut meminta agar para Duta Damai Dunia Maya maupun Duta Damai untuk mengankat local wisdom dalam membuat konten untuk menebarkan perdamaian.
“Hal tersebut merupakan yang paling mudah dilakukan. Tugas kita adalah mengelilingi konten negatif di dunia maya itu. Terorisme tidak ada tempatnya pada suku manapun, agama manapun serta generasi manapun,” ujar Kolonel Solihuddin Nasution.
Alumni Sepa PK tahun 1995 yang akrab disapa Solnas ini meminta agar Duta Damai Dunia Maya maupun Duta Damai Santri ini untuk bersilahtirahmi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dan dan juga Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bangkesbangpol).
“Ini sebagai untuk menjual produk dalam rangka mengkampanyekan toleransi dan perdamaian. Agar setiap pemerintah kabupaten/ kota bisa menuliskan laporan kejadian intoleran yang selanjutnya di counter melalui konten-konten perdamaian. Kunci dari Duta Damai adalah Kolaboratif, mampu menggandeng FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) dan Kemenag (Kementerian Agama) dan lain-lain di daerahnya,” katanya mengakhiri.
Acara Dialog Kebangsaan yang diikuti para generasi muda, mahasiswa, maupun komunitas kepemudaan ini dirangkai dengan pemberian santunan kepada anak yatim yang ada di Kota Malang dan dilanjutkan dengan Buka Puasa bersama.