Manado – Generasi muda sebagai calon pemimpin bangsa harus bisa meneladani perjuangan para pahlawan dengan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif. Generasi muda sebagai generasi milenial juga harus bisa menjadi garda terdepan dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indoensia (NKRI), utamanya dari ancaman intoleransi, radikalisme, dan terorisme.
Pesan itu disampaikan oleh Kepala Biro Umum (Karoum) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen TNI Dadang Hendrayudha saat memberikan wawasan kebangsaan kepada para peserta Pelatihan Duta Damai Dunia Maya 2018 wilayah Sulawesi Utara (Sulut) di Manado, Rabu (14/11/2018).
“Perjalanan bangsa ini begitu panjang. Bahwa kalian ada disini berkat orang-orang dahulu, sehingga kalian bisa hidup enak, belajar dengan enak. Kita harus mensyukuri anugerah Allah SWT dengan bekerja keras untuk mendapatkan keberhasilan. Kita harus ingat sejarah agar kita tidak sombong. Saya bangga dengan kalian untuk sedikit berbuat pada bangsa dan negara. Tunjukkan bahwa kalian generasi muda yang siap menggaungkan perdamaian di dunia maya demi menjaga NKRI dari perpecahan ,” kata Brigjen Dadang.
Lulusan Akademi Militer 1988 ini mengajak para generasi muda agar bisa mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif demi persatuan NKRI serta kemajuan Indonesia di masa mendatang. Menurutnya, Indonesia sudah tiga kali mengalami integrasi. Pertama jaman Kerajaan Sriwijaya yang saat itu bisa menyatukan Nusantara, bahkan sampai ke Asia Selatan dan Indo China. Sayang setelah 70 tahun, Sriwijaya hancur karena tidak ada kepemimpinan yang kuat dan berwibawa.
integrasi kedua jaman Kerajaan Majapahit. Dibawah duet Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, Majapahit kembali menyatukan Nusantara. Masa itu dikenal dengan tekad Gajah Mada menyatukan Nusantara dengan Sumpah Amukti Palapa. Sayang Majapahit juga harus hancur berkeping-keping.
Integrasi ketiga jaman Belanda mulai menginjakkan kaki di Indonesia saat Cornelis De Houtman membawa rombongan VOC mendarat di Banten, tahun 1596. Meski awalnya berdagang, Belanda akhirnya menjajah di bumi Nusantara. Tapi Belanda sebenarnya tidak pernah menjajah Belanda, tapi menjajah kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara.
“Meski telah merdeka, perjuangan mengusir penjajah terus dilakukan. Itu karena Belanda dan antek-anteknya ingin menguasai kekayaan alam Indonesia,” ujar pria berdarah Sunda kelahiran Singkawang
Selain itu, lanjutnya, perjuangan bangsa Indonesia menjaga kemerdekaan banyak mengalami pengkhianatan. Dari tahun 1948-1965, ada banyak saudara sebangsa yang ingin mencerai beraikan NKRI. Ada pemberontakan PKI di Madiun, ada yang ingin mendirikan Negara Islam Indonesia, ada juga peristiwa G30S PKI. Belum lagi ancaman terorisme yang sampai sekarang menjadi ancaman besar bagi NKRI.
Dari serangkaian peristiwa sejarah itu, Dadang menyimpulkan bahwa NKRI kokoh berkat keberadaan Pancasila. Dan itu menjadi tugas dan kewajiban generasi muda untuk menjunjung tinggi dan mengamalkan Pancasila demi persatuan dan masa depan Indonesia yang gemilang.
“Kita tidak bisa melihat bangsa ini hanya sepotong-potong. Ini berkaitan dengan persatuan dan kesatuan kita. Kita harus tahu. Jangan lahir 80-an tidak mengerti sejarah kita. Bahkan sampai sekarang yang kita lihat di media tentang terorisme, demo, aksi massa, dan kekerasan, apalagi sekarang tahun politik. Itu fakta bahwa semakin lama toleransi di bangsa kita tambah menurun,” kata mantan Dandim Pacitan dan Bojonegoro ini.
Dadang melanjutkan, bahwa Indonesia saat ini seakan kehilangan jati diri sebagai masyarakat yang berbhinneka tunggal ika dengan banyaknya kelompok yang merasa paling benar dan tidak memiliki rasa kasih sayang antar bangsa. Akibatnya banyak konflik horizontal terjadi di mana-mana.
“Mereka menganggap perbedaan pendapat selesaikan dengan demo, selalu paling benar. Mereka juga tidak santun, mudah emosi, saling menjelekkan, dan beranggapan aturan itu masa bodoh yang kepentingannya terealisasi. Apa masih ada yang memperhatikan NKRI?,” tanya Dadang.
Begitu juga dengan kemajuan teknolog komunikasi, saat ini banyak anak muda Indonesia yang beranggapn Pancasila kuno, ramah tamah hilang, masyarakat materialistis, dan adanya kultus individu. Yang terjadi kemudian, sesama anak bangsa saling curiga sehingga pertahanan negara mudah diterobos dengan paham-paham negatif dari luar.
Untuk itu, ia mengajak generasi muda, khususnya duta damai dunia maya untuk berbuat terbaik membentengi bangsa dan negara dari berbagai ancaman seperti intoleransi, radikalisme, dan terorisme. Apalagi di era kemajuan informasi teknologi, propaganda radikalisme dan terorisme di dunia maya sangat masif.
“Kelompok radikal hanya sedikit, tapi mereka masif, sementara bangsa Indonesia yang banyak malah diam. Ayo kita lawan dengan menyebarkan kalimat perdamaian di dunia maya dengan mengajak teman agar tidak mudah terprovokasi propaganda radikalisme dan terorisme,” ajak Dadang.
Selain itu, di era kemajuan teknologi informasi sekarang ini, dunia sudah tidak ada batasnya lagi. Bahkan kejadian di belahan dunia, saat ini juga kita bisa tahu. Ironisnya, kemajuan teknologi ini dimanfaatkan kelompok radikal terorisme untuk menyebarkan ideologi dan paham mereka dan menjadi generasi muda sebagai sasaran propaganda.
Ia berharap, duta damai dunia maya bisa menjawab dengan menjadi duta perdamaian di dunia maya dalam memerangi radikalisme dan terorisme di dunia maya.
“Kalianlah yang diharapkan bersatu padu menyebarkan konten perdamaian di dunia maya. Kita harus lebih besar, kita serang dunia maya dengan hal posiitif. Dengan begitu minimal masyarakat indonesia ada yang dibaca, dan tahu mana yang salah, mana yang benar. Dengan bahasa kalian, bahasa milenial,” tukasnya.
Apalagi, lanjut Brigjen Dadang, pelatihan duta damai dunia maya di Manado ini adalah pembentukan terakhir. “Kalian harus bangga. Setelah ini tidak ada lagi workshop seperti ini. Tahun 2019 kalian harus bisa memberdayakan. Kalian akan menjadi kekuatan bangsa ini di provinsi masing-masing. Buat kegaitan di kampus, SMA, SMP yang sesuai dengan generasi muda,” ungkap Dadang.
Brigjen Dadang Hendrayudha mengajak generasi muda untuk ikut bela negara. Caranya mudah yaitu berbuat terbaik dan benar. Kalau jadi pelajar, jadilah pelajar yang baik. Kalau jadi TNI atau polisi, jadilah TNI dan polisi yang baik. Kalau jadi menteri, jadilah menteri yang baik. Kalau jadi pejabat, jadilah pejabat yang baik.
Di akhir paparannya, Dadang mengajak seluruh peserta untuk bersama-sama menyanyikan lagi Sempurna milik Andra and the Backbone dan diakhiri lagu Padamu Negeri.