Jakarta – Generasi muda diingatkan untuk memegang teguh nilai-nilai
Pancasila. Hal ini mengingat kondisi sekarang yang penuh dengan
tantangan global dan memerlukan prinsip yang kuat bagi generasi muda.
Pandangan ini disampaikan oleh pengajar tetap Fakultas Hukum
Universitas Indonesia (FHUI) dan pendiri Pusat Kajian Hukum dan
Pancasila (Puska HP FHUI), Kris Wijoyo Soepandji dalam peringatan 100
tahun Pendidikan Tinggi Hukum Indonesia dan se-Abad Dies Natalis FHUI,
di Kampus UI, Depok.
Soepandji mengambil contoh konsep kerakyatan Indonesia yang harus
dipimpin hikmat kebijaksanaan. Hal ini menurutnya, merupakan wujud
keyakinan spiritual utuh pada Tuhan yang Maha Esa. Ini bersifat tetap
dan selalu tunggal dengan jiwa bangsa Indonesia. “Implikasinya
terdapat pada kepemimpinan nasional Indonesia yang harus
mengkonsolidasikan secara lahir-batin segenap sumber daya nasional.
Sehingga membawa transformasi positif bagi bangsa,” kata Soepandji,
Rabu (11/9/2024).
Lebih lanjut Soepandji menyoroti, tingginya dinamika geopolitik saat
ini. Hal ini ditandai ketegangan di berbagai belahan dunia akibat
berbagai faktor seperti perang dan perubahan iklim, ketidakpastian
perekonomian dunia serta dinamika politik dalam negeri. Uniknya,
seluruh fenomena ini kian mendorong seluruh elemen bangsa Indonesia
agar semakin setia pada nilai-nilai Pancasila.
“Karena sudah terbukti bahwa ruh kerakyatan Indonesia dalam
pelaksanaan negara hukum jauh berbeda dengan model demokrasi ala Barat
yang sekuler,” ujar Soepandji.
Soepandji juga menekankan, bahwa saat bangsa terpecah, perjalanan
sejarah menunjukkan bangsa ini jatuh dalam dominasi asing. Di sisi
lain sejarah dunia menunjukkan bahwa peradaban yang luhur, hanya bisa
terlahir dari sentralisasi negara.
Tidak lupa juga dirinya juga mengaitkan perjalanan seabad pendidikan
tinggi hukum Indonesia serta kepemimpinan nasional yang baru. Maka
Soepandji menyebut dalam sejarah sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan 1945, terdapat pesan penting dari almarhum
Soepomo yang merupakan Guru Besar FHUI.
“Dia berpesan salah satu yang sangat penting dalam kehidupan bernegara
ialah semangat dari para penyelenggara negara itu sendiri,” ujarnya.
Dia pun mengingatkan, bahwa hal paling nyata dalam penerapan
nilai-nilai ini adalah perlindungan pada ekonomi nasional sebagai urat
nadi bangsa. Pemerintah sekaligus harus menjauhkan intervensi asing
dari sistem hukum nasional. Modusnya kerap menggaungkan slogan bahaya
eksternalitas negatif dari aktivitas perekonomian nasional. Namun
sekaligus tidak memiliki solusi konkrit dalam peningkatan taraf hidup,
kesejahteraan, kemakmuran, keadilan serta keberlanjutan masyarakat.
“Sehingga dari sini seluruh komponen bangsa harus bersatu dalam
melindungi kepentingan nasional,” tutupnya.
Di acara tersebut sekaligus menjadi momen soft launching buku
bertajuk, “The Struggle for Pancasila Based Great Indonesia” karya
Kris Wijoyo Soepandji. Dalam kesempatan tersebut acara dibuka oleh
Ketua Puska HP, Suparjo Sujadi dan Penanggung Jawab Mata Kuliah MMI,
Ghunarsa Sujatnika.