Malang – Generasi muda diharapkan lebih aktif membantu pemerintah dalam melakukan kontra narasi propaganda radikalisme dan terorisme melalui dunia maya. Ini penting karena bila generasi muda hanya diam, lambat laun mereka justu bisa tercemar ‘virus’ radikalisme dan terorisme.
“Dunia maya kini menjadi ladang subur kelompok radikal dalam menyebar pengaruh dan ideologi. Dan sasaran utamanya generasi muda. Makanya generasi muda harus aktif melawan dengan menyebarkan konten positif dan perdamaian di dunia maya,” terang Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol. Ir. Hamli, ME saat membuka Pelatihan Duta Damai Dunia Maya wilayah Malang dan sekitarnya di Malang, Senin (24/7/2017).
Brigjen Hamli berharap melalui Pelatihan Duta Damai Dunia Maya ini akan dihasilkan anak-anak muda cerdas, kreatif, dan canggih, yang nantinya bisa bersinergi dengan BNPT dalam memerangi radikalisme dan terorisme di dunia maya.
Pada kesempatan itu, Brigjen Hamli memaparkan tentang kemajuan teknologi yang kini banyak ditunggangi kelompok radikal. Menurutnya, majunya teknologi komunikasi ini menandakan masyarakat menjadi terbuka dan dunia seakan menjadi sempit menjadi satu genggaman dengan hanya melakukan sekali klik di dunia maya. Namun revolusi digital itu sering digunakan untuk melakukan transformasi kejahatan baru. Salah satunya dari cara-cara propaganda terorisme lama ke cara baru melalui internet.
Salah satunya mereka melakukan perubahan radikalisasi dari cara-cara konvensional ke online. Dulu propaganda dan perekrutan anggota baru dilakukan melalui pengajian dan dakwah, sekarang cukup lewat media sosial. Sudah banyak buktinya, salah satunya keberadaan pelaku terorisme sendirian (lone wolf).
Ia menjelaskan, pada awal tahun 2000-an, salah satu juru bicara Al Qaeda mengatakan bahwa internet adalah universitas bagi Al Qaeda untuk melakukan propaganda. Itu dibuktikan dengan semboyan mereka yaitu daripada merekrut anggota baru ke Afganistan, akan lebih mudah dan berharga memindahkan pelatihan mereka ke rumah, desa, dan perkampungan muslim di negaranya masing-masing. Dan strategi itu kini dilakukan kelompok radikal ISIS.
Kalau dulu, lanjut Hamli, radikalisasi dari atas ke bawah, sekarang itu bisa dilakukan dari bawah, terutama dalam menyasar generasi muda karena faktanya generasi muda adalah pengguna terbesar di dunia maya. Ia juga bercerita, bahwa kalau jaman dulu, orang tua sudah tenang ketika melihat anaknya sudah berada di kamar. Tapi sekarang, orang tua malah was-was bila anaknya berada di kamar sendirian, apalagi ia punya gagdet dan laptop. Kenapa? karena dengan laptop atau gadget itu, anak itu bisa ‘jalan-jalan’ ke seluruh dunia tanpa pengawasan. Itulah yang dimanfaatkan kelompok radikal dalam mencari mangsa.
Dari fakta itu, Hamli berharap duta damai dunia maya bisa menjadi jawaban. “Duta damai dunia maya harus menjadi agen perubahan dalam mengikis dan menangkal radikalisme dan terorisme di dunia maya yang disusupi agitasi dan propaganda radikalisme terorisme. Insya Allah ini bisa jadi bagian ibadah dan akan mendapat balasan pahala dari Allah SWT,” terangnya.