Bandung – Penyebaran paham radikal terorisme, berita bohong (hoaks), adu domba dan hate speech masih terus saja bertebaran di dunia maya. Bahkan generasi muda juga masih terus menjadi sasarannya.
Untuk mengatasi hal tersebut, generasi muda harus terus didorong untuk terus menebarkan perdamaian di dunia maya sebagai upaya untuk membendung penyebaran paham radikal terorisme, hoaks, hate speech maupun adu domba. Karena generasi muda selama ini dinilai masih cenderung untuk bersenang-senang
Hal tersebut dikatakan Guru Besar Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Prof. Dr. Bambang Qomaruzzaman, M.Ag., pada acara dialog bertajuk ‘Ngabubu Right’ yang digelar Subdit Kontra Propaganda Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT bersama Duta Damai Dunia Maya Regional Jawa Barat. Acara yang menggambil tema “Kuatkan Literasi Damai di Bulan Ramadan” dengan diikuti sekitar 90 generasi muda dari berbagai profesi ini digelar di Swiss Bel Hotel, Dago, Bandung, Rabu (12/4/2023).
“Anak muda akan mau peduli di dunia maya kalau mereka tahu tantangannya. Selagi mereka masih menganggap urusan damai, urusan terorisme itu adalah urusan orang-orang tua, urusan bapaknya, urusan negara, urusan misalnya Presiden atau orang-orang dewasa ya mereka nggak bakal mau tahu, mereka akan santai-santai saja,” ujar Prof. Dr. Bambang Qomaruzzaman yang bertindak sebagai narasumber.
Prof. Bambang memaklumi hal tersebut dikarenakan anak-anak muda secara niscaya kapanpun di masa kapanpun itu kecenderungannya menikmati hidup untuk bersenang-senang. Karena hal itu memang adalah masanya.
“Di zaman saya dulu juga seperti itu.. Mana peduli dengan urusan yang lebih besar kecuali urusan eksistensinya kelompoknya. Tetapi kalau mereka tahu bahwa urusan damai itu sebenarnya bukan urusan untuk orang tua tetapi untuk mereka, tentu dia akan sadar. Karena kita ngomongin damai bukan untuk sekarang, karena sekarang kita masih damai. Tapi besok tahun depan, 10 tahun kedepan, 20 tahun kedepan itu yang kita khawatirkan. Karena itu kita buat Duta Damai BNPT itu untuk mereka,” ujarnya.
Dan untuk mendorong agar generasi muda ini untuk mau menebarkan perdamaian di dunia maya menurutnya ada dua hal. Yang pertama tentunya bahasa, bagamana bahasa ini mesti bisa diturunkan agar mereka mengaggap bahwa urusan damai ini juga menjadi urusan mereka.
“Dimana bahasa ini kita turunkan agar bisa kitas sesuai dengan gaya bahasanya mereka, bahasa anak milenial supaya bisa dimengerti oleh kaum sebayanya,” ujar pria yang juga Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Barat (Lakpesdam PWNU Jabar) ini.
Lalu upaya yang kedua menurutnya juga harus bisa menjelaskan terkait apa itu damai dan apa pentingnya bagi generasi muda juga harus dikemas dengan hal yang mudah dimengerti di kalangan milenial,. Menurutnya ada satu istilah yang di pendidikan namanya AMBAK yang merupakan kependekan dari Apa Manfaatnya BAgiKu. Memahami AMBAK dengan baik adalah hal penting agar seseorang bersemangat mempelajari suatu hal dan tergerak mengamalkannya.
“Anak-anak remaja ini, anak-anak generasi milenial ini harus ngerti bahwa soal damai, soal anti teroris, soal moderasi beragama itu manfaatnya besar dan penting buat dirinya. Baru setelah itu mereka terlibat. Tapi selagi mereka masih menganggap ‘ini bukan urusan saya’ mereka pasti nggak mau,” ujarnya.
Tetapi kalau anak-anak muda ini menganggap bahwa damai adalah urusannya mereka, maka bukan tidak mungkin mereka bisa habis-habisan dalam membicarakan perdamaian dan beraksi untuk perdamaian.
“Kalau mereka sudah asik seperti itu maka hal ini bisa menjadi peluang untuk menggerakkan mereka dalam menebarkan perdamaian,” ujarnya.
Oleh karena itu dirinya menyambut baik dengan digelarnya dialog Ngabubu Right ini, dimana sejumlah anak muda berkumpul bareng membicarakan tentang damai yang mungkin bagi mereka awalnya tidak penting yang kemudian tiba-tiba mereka dikumpulkan dan ngomongin tentang perdamaian..
“Dan itu mudah-mudahan dapat membangkitkan dan membangunkan kesadaran mereka. karena kalau Indonesia ini damai dan tentunya itu buat mereka, anak-anak muda itu. Karena bagi yang tua tua seperti saya kira sekitar 5 sampai 10 tahun lagi sudah selesai, sudah nyaman. Tapi dunia damai pasti untuk anak-anak muda itu,” ujarnya.
Dirinya juga meminta agar generasi muda ke depan harus mulai memikirkan agak keluar dari wilayahnya. Diniya menilai pencarian eksistensi bagi generasi muda dirasa sudah cukup karena mereka sudah keren dan melek terhadap teknologi. Generasi muda harus mulai memikir sedikit kepada wilayah yang lebih besar yaitu wilayah ‘tempat tinggal’ (negara).
“Tempat kita tinggal masih diperhatiin, karena sehebat-hebatnya eksistensi kita tetep aja nggak bakal bisa ngedapetin apa-apa kalau tempat kita tinggal ini acak-acakan. Negara ini harus dipertahankan. Sekali lagi bukan untuk kami yang sudah tua tetapi jika rumah ini aman, nyaman, damai itu buat kalian, buat yang muda. Karena itu kalau kami saja peduli yang tua maka yang muda juga harus peduli karena Indonesia adalah rumah kalian kaum pemuda di masa depan,” ujarnya
Untuk itu Prof. Bambang berharap acara seperti ini harus sering diadakan yang tentu dengan peserta yang berbeda agar anak-anak muda memiliki mimpi tentang Indonesia damai.
“Kalau mimpinya sudah masuk di kepala maka mereka akan secara sendirinya secara otomatis akan dapat menangkal apapun yang mengganggu kedamaian di negeri ini. Jadi keren untuk BNPT dan Duta Damai Dunia Maya. Mudah-mudahan setelah ini ada banyak konten di dunia maya yang mendorong orang muda menjadi sadar damai dan berani beraksi untuk perdamaian di negeri ini,” ujarnya mengakhiri.
Turut hadir sebagai narasumber pada dialog ini adalah Kasubdit Kontra Propaganda BNPT, Kolonel Sus. Drs. Solihuddin Nasution, M.Si, Guru Besar bidang Ilmu Tafsir Al-Quran yang juga dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) UIN Sunan Gunung Djati, Prof. Dr. Jajang A. Rohmana, Koordinator Duta Damai Dunia Maya Regional Jawa Barat, Ridwan Rustandi,M.Sos dan Filosof Jalanan yang juga Pegiat Dakwah Komunitas, Rosihan Fahmi, M.Hum.