Teheran – Garda Revolusi Iran berjanji untuk membalas serangan kelompok teroris Ahwazi terhadap parade militer yang menewaskan 29 orang dan melukai 70 orang lainnya di Kota Ahvaz.
Dalam sebuah pernyataannya yang diterbitkan Minggu (23/9), pasukan elit Iran itu menegaskan bahwa orang-orang di belakang serangan mematikan pada Sabtu (22/9), itu akan menghadapi balas dendam mematikan dan tak kenal ampun dalam waktu dekat.”
Para pejabat Iran sudah menuding dua negara Teluk dan Amerika Serikat (AS) sebagai pihak di balik serangan tersebut. Iran menuduh AS dan dua negara Teluk lainnya telah mendukung kelompok radikal Arab Ahwazi yang sudah mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengatakan bahwa “sponsor teror regional” bertanggung jawab atas serangan itu. Ia juga menambahkan bahwa para pelaku bertanggung jawab atas tanggung jawab tuan mereka.
Sementara para pejabat Iran belum secara langsung menyebutkan negara-negara Teluk, komentar mereka diyakini diarahkan pada Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Israel. Pasalnya, negara-negara tersebut memiliki hubungan bermusuhan dengan Iran dan telah berjanji untuk melawan pengaruhnya di kawasan itu, termasuk di dalam negeri.
“Para teroris tersebut dilatih dan diorganisir oleh dua negara-negara Teluk,” kata juru bicara militer Iran Abolfazl Shekarchi kepada kantor berita resmi Iran, IRNA.
“Mereka bukan dari Daesh atau kelompok lain yang memerangi sistem Islam Iran, tetapi terkait dengan Amerika dan dinas intelijen Israel, Mossad.”
Pemerintah UEA telah membantah tuduhan Iran yang menyinggung keterlibatannya dalam melatih pasukan yang mengklaim serangan di barat daya Iran.
“Tuduhan formal terhadap UEA dari dalam Iran sangat disayangkan, dan telah meningkat setelah serangan Ahvaz” kata Menteri Urusan Luar Negeri Uni Emirat Arab Anwar Gargash dalam sebuah tweet.
“Posisi historis UEA melawan terorisme dan kekerasan sangatlah jelas dan tuduhan pemerintah Iran tidak berdasar.”
Serangan di Ahvaz terjadi ketika Iran menandai peringatan dimulainya perang tahun 1980-1988 dengan Irak pada Sabtu (22/9). Empat pria bersenjata yang mengenakan seragam militer menghujani peluru ke kerumunan prajurit berbaris, pengamat, dan pejabat pemerintah yang menonton dari stan di dekatnya.
Saat ini cuma sedikit informasi yang diketahui tentang kelompok Ahwazi. Namun juru bicara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC/Islamic Revolutionary Guards Corps) Ramezan Sharif kepada IRNA mengatakan bahwa serangan itu didanai oleh Arab Saudi.
Mostafa Koshcheshm, komentator dan jurnalis politik yang berbasis di Teheran, kepada Al Jazeera juga mengatakan bahwa gerakan Ahwazi telah “dirawat”, didukung, dan dilatih oleh Arab Saudi.
“Kelompok tersebut telah beroperasi selama beberapa tahun terakhir. Mereka berupaya memisahkan provinsi kaya energy, Khuzestan dari Iran, persis seperti yang ingin dilakukan oleh Saddam Hussein,” kata Koshcheshm.
“Mereka menyebut diri mereka nasionalis Arab. Tapi kami tahu mereka memiliki hubungan yang sangat intim dengan Mujahidin-e-Khalq,” katanya merujuk pada kelompok pemberontak di Iran yang dituduh membunuh ribuan warga sipil dan pejabat Iran.
Ahwazi sejatinya adalah kelompok minoritas kecil di Iran yang mayoritas anggotanya adalah etnis Persia Iran. Pandangan kelompok ini sebenarnya sudah terpecah atas dua pilihan. Apakah menginginkan kemerdekaan atau devolusi kekuasaan di dalam demokrasi federal Iran.
Namun beberapa kelompok Ahwazi yang paling ambisius menginginkan sebuah negara merdeka yang melampaui batas-batas Khuzestan, yang berada di kepala perairan Teluk strategis dan berbagi perbatasan dengan Irak.
Dalam sebuah wawancara dengan saluran TV milik Saudi MBC pada tahun lalu, Pangeran Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman mengatakan bahwa kerajaan akan melakukan perlawanan di dalam Iran.
“Kami tidak akan menunggu pertempuran di Arab Saudi,” katanya.
“Sebaliknya, kami akan bekerja sehingga pertempuran itu terjadi untuk mereka yang di Iran,” imbunya lagi.