Jakarta – Upaya pencegahan paham radikal terorisme secara soft power approach di lingkungan masyarakat terus dimantapkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Hal itu dibuktikan dengan digelarnya kembali acara Anugerah Indonesia Damai dalam bentuk apresiasi terhadap partisipasi masyarakat menangkal menyebarnya paham radikal terorisme yang bertempat di Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, Jakarta (28/11/2018) malam.
“BNPT punya program berkelanjutan, tahun 2017 lalu juga demikian. Di tahun 2018 ini kita ada tiga bidang yang diperlombakan, pertama bidang juru dakwah, kedua media dan ketiga film pendek,” ungkap Kepala BNPT Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH.
Kepala BNPT menjelaskan untuk bidang juru dakwah adalah bidang baru yang diperlombakan untuk nantinya disebarkan di social media, karena masyarakat yang memiliki pemahaman agama yang rendah cenderung menggunakan social media sebagai tujuan pembelajaran sehingga sehingga dibutuhkan konten-konten dakwah yang damai.
“Masyarakat kita itu untuk mencari pemahaman agama itu amat luas,dan tinggi skor nya di media sosial. Sementara pemahaman agamanya rendah, sehingga sangat rentan jika salah jalan, atau mendapatkan panduan yang menyimpang atau tidak benar. Oleh sebab itu kita butuh para juru dakwah ini untuk memberikan pencerahan,role model,apa yang disampaikan juru dakwah ini akan kita sebarkan,carilah yang moderat,jangan yang menyudutkan,” ungkap mantan Kabareskrim Polri ini.
Lebih lanjut Kepala BNPT juga mengapresiasi dengan meningkatnya atensi media dalam mengikuti kegiatan perlombaan ini, dimana menurutnya peran media dalam membangun narasi perdamaian dan perspektif nasionalisme yang tinggi sangat penting. Untuk itu ia berharap media kedepannya bukan menyudutkan, tetapi memberi solusi.
“Media ini memberikan narasi atau berita yang mana memiliki perspektif nasionalisme yang tinggi, dan bagaimana pesan-pesan damai ini juga bisa sampai, betul-betul bisa kita manfaatkan sebagai kontra narasi. Sekarang mereka para jurnalis sudah terlatih untuk memberikan pesan-pesan yang tidak menyudutkan tapi juga memberi solusi untuk menjaga kedamaian,” kata alumni Akpol tahun 1985 ini.
Mantan Kapolda Jawa Barat ini juga mengapresiasi peran anak-anak muda dalam kegiatan ini, dimana anak-anak muda yang terlibat dalam perlombaan film pendek memiliki ide-ide cemerlang yang bisa do formulasikan melalui film pendek yang dapat dimengerti anak-anak muda seumurannya.
“Hal ini dikarenakan anak muda itu menjadi sasaran dari brainwashing. Karena jiwanya masih labil dan keingintauannya masih tinggi, sehingga butuh formula yang dikemas oleh anak-anak muda sendiri, dimana mereka bergerak dan menyampaikan dengan bahasanya. Karena anak muda sekarang, kalau tidak suka mereka tidak buka. Ketika tertarik, mereka buka, walaupun sebentar. Satu dua kali dia buka nanti akan membawa mindset ke arah yang lebih baik, itu yang kita harapkan,” katanya berharap.
Mantan Kepala Divisi Humas Polri ini pun menjelaskan apa yang dilakukan BNPT ini adalah bentuk upaya dari BNPT dalam menyeimbangkan upaya penanggulangan terorisme secara soft approach dan hard approach, dimana menurutnya pola-pola yang dipakai di Indonesia menjadi contoh dan diapresiasi oleh dunia.
“Balance antara yang soft power approach dan hard power approach diimplementasikan di Indonesia itu menjadi role model, sehingga banyak pejabat-pejabat dari luar negeri yang datang kesini untuk melihat apa yang kita kerjakan. Karena tidak selamanya kita menyelesaikan masalah dengan kekerasan,” kata mantan Wakapolda Metro Jaya ini mengakhiri.