Manchester – Seorang gadis asal Manchester, Inggris yang bergabung dengan ISIS kini mengungkapkan keinginannya untuk kembali pulang.
Dikutip dari Mirror pada Minggu (23/8), gadis bernama Zahra Halane itu nekat kabur dari Inggris lantaran ingin menyusul saudara kembarnya yang telah bergabung lebih dulu. Saat itu, saudara perempuannya Salma telah berada di kamp penahanan di Suriah bersama putranya.
Keduanya diketahui masih berusia 16 tahun pada saat meninggalkan rumah mereka di Chorlton, Inggris pada Juni 2014 lalu. Zahra dan Salma merupakan anak yang berbakat dalam bidang akademis, namun mereka telah menjadi radikal dan bergabung dengan ISIS.
Sejak ISIS kehilangan wilayahnya oleh Pasukan Demokrat Suriah (SDF) pada Maret 2019 lalu, nasib mereka berdua tidak diketahui.
Dikutip dari The Telegraph, belum lama ini Zahra terlihat sedang berusaha melarikan diri dari kamp Al Hol, Suriah tempat yang dia tempati selama 16 bulan.
Kamp tersebut diisi oleh setidaknya 10.000 wanita dan anak-anak yang merupakan warga dari luar Suriah. Sedangkan untuk warga Suriah, terdapat kurang lebih 55.000 orang yang berada di kamp Al Hol, Suriah.
Pekan lalu, dikabarkan Zahra sudah dipindahkan dari penjara wanita ke ekstensi yang lebih memiliki keamanan tinggi di kamp Roj, Suriah. Zahra dipindahkan bersama dengan putranya Ismail yang diperkirakan masih berusia 4 tahun.
Di Inggris, Zahra dan Salma dikenal dengan julukan ‘teroris kembar’ karena mendukung ISIS.
Pada Desember 2013, Salma ketahuan melihat propaganda ISIS di sekolah menengah ke-6 mereka, yang memperlihatkan gambar rompi bunuh diri seorang anak laki-laki dengan senapan mesin dan seorang jihadis Inggris di Suriah.
Saat itu, Sekolah tidak memberi tahu polisi, karena Salma mengklaim bahwa dia berusaha menemukan kakak laki-lakinya, yang sebelumnya pergi ke Suriah untuk berperang.
Si kembar, yang memiliki seorang kakak perempuan dan 7 saudara laki-laki, meninggalkan rumah keluarga mereka dengan melarikan diri setelah mencuri £ 840 (Rp 16,3 juta) dari ayah mereka dan menyeberang ke Suriah pada Juli 2014.
Kedua wanita muda itu pindah ke Raqqa, ibu kota kekhalifahan, dan menikah dengan pejuang ISIS.
Bulan lalu, Russia Today Arabic mewawancarai seorang wanita yang tidak disebutkan namanya setelah dia tertangkap saat mencoba melarikan diri dari kamp Al Hol.
The Telegraph dilaporkan telah mengidentifikasi wanita itu sebagai Zahra.
Berbicara dalam bahasa Arab, wanita itu berkata, “Saya ingin pulang”.