Jakarta – Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal, menyatakan serangan teroris, seperti pembantaian yang terjadi di dua masjid di Christchurch Selandia Baru, bisa terus terulang jika tidak diselesaikan di tingkat akar rumput.
Dino yang juga mantan wakil menteri luar negeri dan duta besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat (AS), menilai situasi dunia saat ini mengalami “keletihan antaragama” dimana dialog-dialog antara umat beragama sudah mencapai titik jenuh.
“Jika kita melihat hubungan antara agama Abraham. Kita tidak bisa memastikan itu akan lebih baik, khususnya karena ada keletihan antaragama. Dialog antaragama populer, semua orang melakukan itu, tapi sekarang pada titik, apa selanjutnya?” kata Dino dalam diskusi FPCI bertajuk “The Mosque Attacks in New Zealand: Impacts, Repercussions, and Responses” (Serangan Masjid di Selandia Baru: Dampak, Akibat, dan Tanggapannya) di Jakarta, Senin (15/4).
Menurut Dino, persoalannya adalah konsep-konsep yang dibahas dalam dialog antaragama tidak pernah sampai ke akar rumput. Itu sebabnya, perlu pendekatan untuk menjangkau masyarakat pada umumnya.
“Kalau Anda lihat para pemimpin (agama) pergi ke konferensi di hotel-hotel mewah, lalu apa selanjutnya? Itu menjadi rutin, mereka kembali. Tapi di akar rumput masih penuh dengan pikiran negatif, stereotip, fanatisme, prasangka, baik di negara maju atau berkembang,” kata Dino.
Dino mengatakan FPCI sudah menggagas satu program yang dinamakan 1.000 Abraham Cirles atau 1.000 Lingkaran Abraham, yaitu suatu gerakan yang bertujuan untuk menyatukan para pemimpin agama dari tiga tradisi yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi.
Gerakan yang sudah dipresentasikan dalam Forum Perdamaian Paris pada November 2018 itu, mendorong para pemimpin agama untuk mengambil bagian dalam usaha membangun perdamaian di tingkat akar rumput. Tokoh-tokoh yang dilibatkan diyakini memiliki pengaruh lebih besar di dalam masyarakat di bandingkan di tingkat nasional atau global.
Sementara itu, Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mendukung inisiatif 1.000 Abrahamic Circles karena tiga agama yang masuk dalam agama Abraham itu selalu bermasalah sampai saat ini.
“Kalau tiga agama ini kompak, dunia akan tenang. Kalau kita bisa menjinakkan ini, insya Alah separuh persoalan dunia sudah selesai,” tandasnya.