Jakarta – Tahun 2019 menjadi tahun ketiga bagi masyarakat Poso, Sulawesi Tengah, merasakan ketenangan dan jauh dari ketar-ketir ancaman konflik dan teror. Meski secara general kondisi dan situasi Poso belum terbilang sangat aman, namun setidaknya sudah jauh dari aksi dan ancaman teror yang sewaktu-waktu bisa muncul, meski pun cuma sekelebatan.
Pendapat ini disampaikan pengamat terorisme dari Forum Komunikasi Rakyat untuk Transparansi (FORSI), Berman Nainggolan, kepada wartawan di Jakarta, Minggu (6/1).
“Masyarakat Poso selama ini selalu dihantui aksi terorisme dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso alias Abu Wardah. Baru setelah Presiden Joko Widodo membentuk Sargas Tinombala, secara berangsur-angsur kondisi keamanan di Poso bisa kembali membaik,” jelasnya.
Dijelaskan Berman, Santoso terbilang sosok teroris yang pintar membaca situasi dan kondisi. Poso yang awalnya lebih kepada teater konflik horizontal di era tahun 2000-an bisa disulap Santoso menjadi panggung konflik vertikal antara kelompoknya dengan negara.
Bahkan, sambungnya, melalui kampanye media sosial pendukungnya Poso juga bisa dijadikan Santoso sebagai panggung teater konflik global. Terlebih ketika Abu Bakr al-Baghdadi mendeklarasikan berdirinya Islamic State (ISIS) di Suriah, di mana Santoso bersama pendukungnya menyatakan berbaiat kepada al-Bahdadi lewat akun YouTube.
“Sebagai daerah bekas konflik, ada banyak senjata yang tertimbun dalam jumlah besar di Poso. Ini yang dimanfaatkan Santoso untuk beraksi sebagai kelompok teroris yang berafiliasi ke ISIS,” kata Berman.
Namun begitu, terusnya, kepintaran Santoso memanfaatkan situasi dan kondisi akhirnya bisa patah juga di tangan Presiden Joko Widodo. Satgas Tinombala yang dibentuknya berhasil menembak mati Santoso pada 18 Juli 2016.
Sejak itu, aksi teror di Poso pun menurun tajam. Pimpinan MIT yang dipegang Ali Kalora belum bisa menandingi kemampuan Santoso dalam hal membaca situasi dan kondisi terkini. Jumlah kekuatan kelompok MIT pun menyusut jauh sepeninggal Santoso
“Ali Kalora tak punya pengaruh sekuat Santoso, yang mampu merekrut puluhan orang. Istri Ali Kalora, Tini Susanti, saja sudah ditangkap saat ikut bergerilya di dalam hutan. Jadi saya sangat yakin kelompok Ali Kalora saat ini sudah mumet karena terkepung dalam hutan,” kata Berman.
“Tinggal menghitung hari saja. Masyarakat Indonesia akan segera dapat kabar Ali Kalora tertangkap hidup atau tewas di tangan aparat keamanan. Saya haqul yakin itu,” tandasnya.