Palu – Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) Prof KH Zainal Abidin MAg mengingatkan semua pihak di daerah Sulteng harus mewaspadai penyebaran radikalisme.
“Radikalisme di Sulawesi Tengah bukan sebatas gerakan dakwah, pemikiran atau ideologi, tetapi sudah sampai dalam bentuk tindakan teror. Bahkan hingga hari ini kelompok MIT masih eksis,” ujar Prof Zainal Abidin MAg, saat memaparkan materinya dalam kegiatan pencegahan radikalisme bertajuk “Ngobrol Perempuan” yang diselenggarakan oleh BNPT dan FKPT Sulteng secara virtual di Palu, Kamis (12/8/2021).
Guru Besar UIN Datokarama Palu itu menguraikan berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan oleh BNPT bersama Alvara Research dan Nazaruddin Umar Foundation menunjukkan tren potensi radikalisme di Indonesia menurun, dari 2017 sebesar 55,2 persen atau masuk dalam kategori sedang. Tahun 2019 sebesar 38,4 persen, kategori rendah, dan pada tahun 2020 menjadi 14 persen, yaitu kategori sangat rendah.
“Namun, hal ini tidak harus membuat kita berpuas diri apalagi lengah, penurunan data statistik ini bukan berarti radikalisme segara berakhir,” ujarnya.
Ia mengemukakan beberapa fakta di tahun 2021 ini menunjukkan bahwa potensi radikalisme masih mengkhawatirkan, berdasarkan catatan kepolisian, Densus 88 Antiteror Polri telah menangkap 217 tersangka terorisme yang diduga terlibat dalam enam peristiwa berbeda sepanjang 2021 ini. Salah satu yang terbanyak, ialah kejadian bom bunuh diri di depan Gereja Katedral, Makassar pada Minggu (28/3) lalu. Setidaknya, ada 108 tersangka yang terkait peristiwa tersebut.
Kemudian, berdasarkan data Kominfo per 3 April 2021 bahwa Kementerian Kominfo telah melakukan pemblokiran konten radikalisme terorisme sejumlah 20.453 konten yang tersebar di situs internet, serta beragam platform media sosial.
“Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa radikalisme masih merupakan ancaman serius bagi kehidupan masyarakat Indonesia, tidak terkecuali Sulawesi Tengah,” katanya.
Di Sulteng, kata dia, beberapa hari yang lalu, ketika masyarakat Muslim di Sulteng dalam suasana berduka dengan wafatnya salah seorang ulama paling berpengaruh di daerah ini, jagad media sosial dihebohkan oleh statement yang bernada negatif terhadap tokoh panutan umat tersebut.
“Pihak kepolisian telah mengamankan pelaku yang ternyata tidak sendiri, dan bukan hanya di satu tempat. Aksi pelaku lahir dari persepsi keagamaan yang mengklaim diri paling benar, dan pemahaman yang berbeda dengannya dianggap sesat. Peristiwa ini adalah salah satu indikator kuat yang menunjukkan bahwa paham radikal keagamaan ada di tengah tengah masyarakat kita. Sadar atau tidak, mereka hadir di sekitar kita,” ujarnya.
“Selain itu beberapa bulan yang lalu kelompok MIT melakukan teror dengan kekerasan terhadap masyarakat di wilayah Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi. Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa kelompok MIT dan radikalisme masih eksis, yang harus diwaspadai,” pungkasnya.