FKUB Sulteng Sosialisasikan Moderasi Beragama di Parigi Moutong

Poso – Forum Kerukunan Umat Beragama Sulawesi Tengah (FKUB Sulteng)
aktif menyosialisasikan moderasi beragama di Kabupaten Parigi Moutong
untuk mencapai tujuan Sulawesi Tengah menjadi wilayah dengan indeks
kerukunan tertinggi.

“Ini adalah prioritas kami untuk meningkatkan kualitas perdamaian,
persatuan, dan kerukunan antarumat beragama di Parigi Moutong,” kata
Ketua FKUB Sulteng Zainal Abidin di Parigi, Minggu (4/8).

Kegiatan ini dilakukan bekerja sama dengan FKUB Parigi Moutong dan
Kantor Kementerian Agama Parigi, serta melibatkan tokoh lintas agama
dan pemerintah daerah.

Zainal Abidin menjelaskan bahwa organisasi yang dipimpinnya bertugas
membantu pemerintah dalam meningkatkan kualitas kerukunan umat
beragama melalui pendekatan moderasi beragama.

“Moderasi beragama mengacu pada praktik kehidupan beragama, bukan pada
doktrin agama itu sendiri, untuk menghindari relativisme agama,” jelas
Zainal Abidin, yang juga Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN)
Datokarama Palu.

Zainal Abidin menambahkan tujuan moderasi beragama adalah mencapai
kerukunan tanpa mengorbankan keyakinan dan kemurnian agama
masing-masing. Ini berada pada tataran sosiologis, dalam praktik
keberagamaan dan hubungan sosial masyarakat.

“Pada tataran teologis, setiap orang berhak meyakini kebenaran
agamanya, tetapi juga memahami bahwa orang lain memiliki keyakinan
terhadap ajaran mereka, karena keyakinan adalah wilayah subjektif,”
tambah Zainal Abidin.

Zainal Abidin menjelaskan implementasi moderasi beragama menekankan
enam prinsip: humanis, realistis, inklusif, adil, kerja sama, dan
toleran.

“Indonesia, dengan keragaman budaya, suku, bahasa, dan agama, perlu
mengelola keragaman ini untuk meningkatkan toleransi,” ujar Zainal
Abidin.

Penduduk Sulawesi Tengah sangat beragam dengan sekitar 19 kelompok
etnis dan lima agama besar.

Oleh karena itu, Zainal Abidin mengatakan diperlukan peran tokoh
masyarakat dan agama untuk menjaga persatuan dan membangun negeri.

“Keragaman dalam kehidupan sosial adalah keniscayaan yang berdampak
pada perbedaan dalam masyarakat,” kata Zainal Abidin sekaligus Rais
Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)