Palu – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah
menyosialisasikan moderasi beragama kepada pelajar sekolah menengah
atas (SMA) di Kota Palu, guna membentuk pelajar menjadi generasi yang
moderat secara intelektual dan perilaku.
“Generasi muda sebagai estafet pembangunan. Maka dari itu harus
diperkuat wawasannya dengan pendekatan moderasi beragama, supaya
mereka menjadi generasi yang moderat,” kata Sekretaris FKUB Sulteng
Munif Aziz Godal pada sosialisasi peningkatan pemahaman moderasi
beragama di Palu, Senin (10/6).
Ia menjelaskan, moderasi beragama berada pada tataran sosiologis,
dalam wilayah praktik keberagamaan di kehidupan sosial kemasyarakatan
dan menjalin hubungan sosial dengan orang lain.
Sedangkan pada tataran teologis setiap orang berhak, bahkan seharusnya
meyakini kebenaran agamanya, tetapi pada saat yang sama dalam tataran
sosiologis harus memahami bahwa orang lain juga memiliki keyakinan
terhadap ajaran agama mereka.
“Pemahaman moderasi akan melahirkan toleransi, saling menghargai
perbedaan bukan menjadikan perbedaan sebagai alat untuk mencaci,”
ujarnya.
Pada kegiatan ini FKUB Sulteng menyasar tiga sekolah, yakni SMA Negeri
2 Palu, SMA Negeri 4 Palu, dan SMA Negeri 1 Palu.
Pada kesempatan itu, selain mengenalkan moderasi beragama, upaya
pencegahan perundungan/bullying di sekolah juga dilakukan kepada
siswa.
Salah satu faktor penyebab terjadinya perundungan karena minimnya
pengawasan dan rendahnya kepedulian sekolah terhadap perilaku
siswa-siswinya.
“Perundungan merupakan perilaku agresif dan negatif seseorang atau
sekelompok orang secara berulang kali, dengan menyalahgunakan
ketidakseimbangan kekuatan untuk menyakiti korban secara mental, fisik
maupun seksual,” katanya.
Ketua FKUB Sulteng Zainal Abidin mengemukakan, kehadiran FKUB di
sekolah merupakan satu tekad dan konsistensi pihaknya dalam mengelola
keragaman yang ada di dunia pendidikan, dengan pendekatan moderasi
beragama.
Menurut dia, perbedaan adalah kehendak Tuhan Yang Maha Esa, setiap
manusia harus menghargai dan menjunjung tinggi perbedaan yang ada.
“Multikultural atau keragaman yang ada bila tidak dikelola dengan
baik, berpotensi menimbulkan kekacauan. Maka melalui sosialisasi ini
pelajar diharapkan semakin menjunjung tinggi perbedaan yang ada, baik
perbedaan agama, suku, bahasa, dan warna kulit,” kata Zainal.