Jakarta – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sulawesi
Tengah (Sulteng) memperkuat pemahaman pelajar SMA Karuna Dipa Kota
Palu mengenai moderasi beragama untuk membentuk perilaku yang moderat
di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
Ketua FKUB Sulteng Prof Zainal Abidin, di Palu, Senin, mengemukakan
kehadiran FKUB di sekolah menengah atas merupakan satu tekad dan
konsistensi FKUB dalam mengelola keragaman yang ada di dunia
pendidikan, dengan pendekatan moderasi beragama.
“Multikultural atau keragaman yang ada ini, bila tidak dikelola dengan
baik akan menimbulkan kekacauan,” kata dia.
FKUB Provinsi Sulteng menggandeng SMA Karuna Dipa untuk melaksanakan
sosialisasi moderasi beragama dan pencegahan perundungan di lingkungan
sekolah. Kegiatan itu dikemas oleh dalam program FKUB Go To School
yang diikuti oleh sekitar 100 pelajar kelas X dan XI SMA Karuna Dipa.
Ia mengatakan bahwa SMA Karuna Dipa merupakan cerminan keragaman
Indonesia karena sekolah itu didirikan oleh tokoh-tokoh agama Buddha,
tetapi tidak hanya menerima pelajar dari satu agama tertentu.
Selain itu, SMA Karuna Dipa juga menjadi representatif keragaman
Indonesia karena multikultural yang terdiri atas berbagai agama, suku,
budaya, dan bahasa.
“Keragaman yang ada di SMA Karuna Dipa harus dikelola dengan baik dan
kehadiran FKUB bertujuan untuk memupuk semangat persaudaraan
antarpelajar, tanpa memandang latar belakang apapun,” ujarnya.
Menurut Zainal, perbedaan adalah kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Dengan
demikian, setiap manusia harus menghargai dan menjunjung tinggi
perbedaan yang ada.
“Sosialisasi moderasi beragama dilakukan agar pelajar bisa menghargai
dan menjunjung tinggi perbedaan yang ada baik perbedaan agama, suku,
bahasa, dan warna kulit,” katanya.
Ia menjelaskan, moderasi beragama bukanlah moderasi agama. Sebab,
moderasi beragama berada pada tataran sosiologis yang dalam wilayah
praktik keberagamaan di kehidupan sosial kemasyarakatan dan menjalin
hubungan sosial dengan orang lain.
Sementara pada tataran teologis, setiap orang berhak dan bahkan
seharusnya meyakini kebenaran agamanya, tetapi pada saat yang sama
dalam tataran sosiologis harus memahami bahwa orang lain juga memiliki
keyakinan terhadap ajaran agama mereka.
Sementara itu, Kepala SMA Karuna Dipa jusmin menyambut baik kehadiran
FKUB Sulteng di sekolah yang dipimpinnya. Ia mengemukakan, sekolah itu
didirikan sejak tahun 1996 dan saat ini telah memiliki alumni kurang
lebih 1.700 orang.
“Sekolah ini tidak hanya untuk satu agama tertentu. Sejak adanya
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, maka SMA Karuna Dipa
menerima semua agama,” ujarnya.
Ia mengatakan sekolah ini juga sangat plural, dengan terdapat beberapa
pemeluk agama yakni agama Buddha, Islam, Kristen Protestan, Katolik,
dan Hindu. Selain itu, juga dari berbagai suku,.
“Dengan pluralitas tersebut, SMA Karuna Dipa cenderung dijadikan
sebagai lokasi penelitian bagi akademisi tingkat S2 dan S3 mengenai
pendidikan multikultural,” katanya. (