FKUB Sulteng dan Sekolah Tinggi Agama Hindu Kolaborasi Tingkatkan
Indeks Toleransi Antar Umat Beragama

Palu – Sulawesi Tengah (Sulteng) adalah daerah yang memiliki
kerentanan terkait radikalisme dan terorisme, terutama yang terkait
dengan agama. Karena itu upaya penguatan moderasi beragama harus terus
dilakukan untuk menciptakan kerukunan dan memperkuat persatuan di
Sulteng.

Hal itulah yang mendasari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)
Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) dan Sekolah Tinggi Agama Hindu
(STAH) Dharma Sentana Palu mengimplementasikan moderasi beragama dalam
kehidupan sosial keagamaan sebagai upaya meningkatkan indeks toleransi
antarumat beragama di provinsi tersebut.

“Kami terus berupaya untuk merangkul semua tokoh dan pemuda lintas
agama serta semua pemangku kepentingan, termasuk STAH untuk
bersama-sama meningkatkan kualitas kerukunan di daerah ini, melalui
pendekatan moderasi beragama,” kata Ketua FKUB Sulteng Prof Zainal
Abidin saat bersilaturahim dan dialog dengan sivitas akademika STAH
Dharma Sentana, di Palu, Sabtu (27/4/2024).

Menurut dia, tokoh-tokoh agama Hindu, pemuda Hindu, dan STAH menjadi
mitra strategis FKUB Sulteng, yang perlu dirangkul untuk bersama-sama
meningkatkan kualitas kerukunan di Sulteng, supaya keharmonisan di
negeri ini selalu terjaga.

“Menjaga toleransi dan kerukunan diperlukan penghormatan dan
penghargaan atas perbedaan tersebut dari aspek agama, suku maupun
budaya karena Sulteng dihuni masyarakat majemuk,” ujarnya.

Hal ini, kata dia, sejalan dengan indikator moderasi beragama meliputi
komitmen terhadap kebangsaan, toleransi, antikekerasan, dan penerimaan
terhadap budaya lokal.

“Moderasi beragama bukanlah moderasi agama, sebab moderasi beragama
berada pada tataran sosiologis yang dalam wilayah praktik keberagamaan
di kehidupan sosial kemasyarakatan, dan menjalin hubungan sosial
dengan orang lain,” tuturnya.

Ia menjelaskan bahwa pada tataran teologis, setiap orang berhak bahkan
seharusnya meyakini kebenaran agamanya, tetapi pada saat yang sama
dalam tataran sosiologis harus memahami bahwa orang lain juga memiliki
keyakinan terhadap ajaran agama mereka.

Ketua Yayasan Dharma Kerti I Nyoman Kormek mengemukakan bahwa pihaknya
sepakat bersama-sama FKUB Sulteng mengimplementasikan moderasi
beragama untuk meningkatkan kualitas kerukunan.

Menurut dia, moderasi beragama dengan empat indikator meliputi
komitmen terhadap kebangsaan, toleransi, antikekerasan, dan penerimaan
terhadap budaya lokal menjadi pendekatan yang tepat untuk pembinaan
umat beragama.

“Strategi ini sangat cocok diterapkan dalam kehidupan masyarakat yang
majemuk,” ucapnya.