Jakarta – Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kota Kendari, Sulawesi
Tenggara (Sultra) menyebutkan pentingnya moderasi beragama dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ketua FKUB Kota Kendari Samsuri di Kendari, Rabu, mengatakan kegiatan
moderasi beragama ini bertujuan agar mahasiswa masa kini yang masuk
pada generasi Gen-z dipenuhi dengan tantangan dan perubahan yang
begitu cepat sehingga dibutuhkan informasi terkait dengan pentingnya
memelihara kerukunan dan kebersamaan dalam perbedaan.
“Karena di Indonesia, kita berada dalam perbedaan agama, suku, ras dan
adat istiadat sehingga dengan adanya media sosial yang begitu besar
pengaruhnya terhadap pembentukan karakter dan pembentukan
kepribadian,” katanya.
Pada kegiatan seminar moderasi beragama bagi mahasiswa dengan tema
Penguatan moderasi beragama Gen-Z di era digital di pusatkan kampus
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari.
Dalam seminar itu, kata Samsuri, dirangkai dengan pembentukan sahabat
moderasi dan forum pemuda pelajar dan mahasiswa lintas agama yang
diikuti sebanyak 50 peserta dari kampus dan organisasi yang ada di
Kota Kendari.
Adapun kampus yang ikut yakni IAIN Kendari sebagai tuan rumah,
Universitas Haluoleo, Universitas Nahdlatul Ulama Sultra, Universitas
Muhamdiyah Kendari, Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH), Tri Surya
Manggala,Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), dan Perhimpunan
Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI).
Samsuri menambahkan kegiatan moderasi beragama menjadi salah satu cara
untuk menyamakan persepsi sikap pandangan terkait dengan perbedaan itu
sendiri khususnya perbedaan keyakinan dan agama, sehingga mahasiswa
bisa menyadari sadar akan bahwa perbedaan itu memang harus bisa
diterima dan perlu untuk saling menghormati dan menyayangi.
“Perbedaan itu adalah salah satu modal besar untuk saling menjaga
kebersamaan dan keharmonisan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Kendari, Muh.
Lalan Jaya menyarankan bahwa mahasiswa generasi z harus bisa memahami
betul moderasi beragama, yaitu mereka harus memperhatikan empat
indikator tersebut seperti komitmen kebangsaan, anti kekerasan,
toleransi beragama atau saling pengertian, dan menghormati tradisi
yang ada dalam satu daerah atau adat istiadat.
“Semoga para peserta yang khususnya 50 orang bisa menjadi agen
moderasi beragama, artinya mereka harus menjadi penebar kedamaian,
keharmonisan dan memberikan pengertian kepada masyarakat-masyarakat
akan pentingnya menghargai perbedaan, pentingnya hidup bersama di
dalam perbedaan yang saling membantu, dan saling menghargai untuk
kehidupan bersama dimanapun dia berada di kampusnya atau di
masyarakat,” cakapnya.