Palu – Keberadaan kelompok teroris Santoso di dataran Lore, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, disebut telah mengganggu roda perekonomian. Masyarakat setempat mendukung upaya aparat gabungan untuk segera melakukan penumpasan.
“Kasihan warga Napu (sebutan wilayah di dataran Lore, Red). Mereka tidak bisa lagi berladang dan bertani,” kata Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Tengah, Muzakir Tawil, Rabu (25/5/2016).
Muzakir menggambarkan, meski berada di dataran tinggi warga Napu rata-rata berprofesi sebagai petani di ladang dan sawah yang lokasinya di lereng gunung. Komoditi yang ditanam mulai dari umbi-umbian, jagung, kakao, hingga padi.
“Padi hasil petani di Napu bahkan sangat terkenal, namanya beras kamba. Tapi sejak ada kelompok Santoso di sana, petani tidak ke sawah, dan yang menanam kakao juga tidak berani berkebun,” tambah Muzakir.
Melihat adanya gangguan akibat keberadaan kelompok teroris Santoso tersebut, masih kata Muzakir, warga Sulawesi Tengah sepakat mendukung segala upaya yang dilakukan aparat gabungan untuk melakukan penumpasan. “Poso dulu adalah kabupaten dengan PAD (Pendapatan Asli Daerah, Red) terbaik di Indonesia. Tapi sekarang terganggu karena adanya kelompok teroris, warga sudah lelah, dan warga ingin Poso kembali aman seperti dulu,” tegasnya.
Terkait tugas pokok dan fungsinya sebagai mitra strategis Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam penanggulangan terorisme, FKPT Sulteng disebut oleh Muzakir siap melakukan langkah-langkah pencegahan. Di antaranya melalui bidang Media Massa, Hubungan Masyarakat, dan Sosialisasi, melalui program Pelibatan Media Massa dalam Pencegahan Terorisme.
“Sejak kemarin sampai Jumat lusa kami akan libatkan media massa dan awak redaksinya untuk bersama-sama mencegah terorisme. Media massa tentu melalui pemberitaannya, agar bagaimana bisa menjadi informasi yang benar sekaligus memberikan pembelajaran ke masyarakat,” jelas Muzakir.
Program Pelibatan Media Massa dalam Pencegahan Terorisme di Sulawesi Tengah akan dilaksanakan dalam dua metode. Pertama adalah Media Visit, dan kedua adalah Diseminasi Pedoman Peliputan Terorisme dan Peningkatan Profesionalisme Media Massa Pers dalam Meliput Isu-isu Terorisme.