FKPT Kalsel Waspadai Sumbangan Dana Kemanusiaan Untuk Palestina

Banjarmasin – Konflik Palestina dan Israel tengah mengalami klimaks.
Israel terus menggempur wilayah Gaza dengan roket dan peluru, setelah
sebelumnya Hamas lebih dulu meluncurkan roket maut ke Tel Aviv. Perang
itu telah menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Gaza. Ribuan nyawa
melayang dan berbagai infrastruktur hancur.

Simpatik dan kepedulian dari dunia internasional pun mengalir ke
Palestina, termasuk dari Indonesia. Tapi ironisnya, seperti yang
dulu-dulu, penggalangan sumbangan ke Timur Tengah sering dimanfaatkan
kelompok teroris untuk menyelewengkan sumbangan untuk kegiatan
terorisme.

Atas kekhawatiran itu, Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme
Kalimantan Selatan (FKPT Kalsel) mengatakan perlunya mewaspadai
gerakan bawah tanah kelompok teroris memanfaatkan dana sumbangan
kemanusiaan dari Indonesia untuk Palestina.

“Saya ingatkan masyarakat waspada dengan dana yang sudah dikumpulkan,
pastikan bantuan kemanusiaan itu tepat sasaran melalui lembaga resmi,
jangan sampai ada oknum memanfaatkan momen ini mengumpulkan dana untuk
membangkitkan teroris,” kata Ketua FKPT Kalsel Aliansyah Mahadi  di
Banjarmasin, Kamis (2/11/2023).

Dia mengungkapkan rasa khawatir terhadap gerakan teroris yang
memanfaatkan momen perang antara Hamas dan Israel untuk memperbanyak
pundi-pundi uang melalui sumbangan yang seharusnya untuk warga
Palestina justru disalahgunakan kelompok tertentu. Apalagi biasanya
masyarakat setelah menyumbangkan dana tidak terlalu perduli apakah
dana tersebut tepat sasaran atau tidak.

“Untuk menyikapi perang antara Hamas dan Israel, kita perlu perkuat
pemahaman masyarakat melalui pendekatan sosial, kita harus pastikan
sumbangan untuk Palestina tepat sasaran,” ucapnya.

Pada pekan depan, FKPT Kalsel menggelar sosialisasi pencegahan paham
radikal di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, pada momen itu pihaknya
memberikan pemahaman terkait perang Hamas dan Israel untuk disikapi
lebih bijak. Kemudian mengimbau soal bantuan kemanusiaan agar
disalurkan melalui lembaga terpercaya.

Aliansyah menjelaskan pengalaman masyarakat yang terjadi beberapa
waktu lalu di Yogyakarta, ada sekitar 1.400 kotak amal seluruh dananya
mengalir ke kelompok jaringan teroris. Dia tidak menginginkan hal
serupa terjadi di Kalimantan Selatan.

Ia menyebutkan dalam rangka pencegahan paham radikalisme dan
terorisme, pemuda merupakan garda terdepan untuk mencegah paham
ideologi tersebut. Hal kecil misalnya dengan cara memerangi konten
negatif di sosial media menggunakan konten bermuatan positif.

Menurut dia, pemuda merupakan kelompok yang rentan terpapar ideologi
teroris, terlebih kelompok wanita, bahkan termasuk juga orang-orang
yang tinggal di perkotaan. Berdasarkan penelitian pada 2020 lalu,
potensi kerawanan paham radikalisme terpapar di Kalsel berada di angka
10,4 persen, kemudian pada 2022 turun ke angka 10,2 persen.

Dia mengatakan persentase potensi paham radikalisme itu masih berada
di angka rata-rata nasional yakni sebesar 10,2 persen.

“Strategi paling tepat memerangi paham radikalisme adalah dengan
melibatkan seluruh komponen, karena jika kita lengah maka kapanpun
paham teroris siap bangkit. Apalagi saat ini tahun politik menjadi
momen kelompok teroris memanfaatkan situasi,” ujar Aliansyah.