Madiun – Upaya-upaya pencegahan terus menerus dilakukan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur, dengan berbagai langkah strategi. Terutama ditujukan bagi anak-anak dan remaja, dan kaum perempuan, yang rentan terhadap bahaya intoleransi dan radikalisme.
Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur menggandeng peran guru untuk mencegah bahaya intoleransi dan radikalisme yang rentan terjadi di kalangan anak-anak remaja.
“Kali ini, kami mengajak para guru sebagai agen penting dalam menyampaikan isu-isu yang berkembang di masyarakat, untuk melindungi anak bangsa dari bahaya radikalisme dan terorisme,” ujar Ketua FKPT Jatim, Hesti Armiwulan dalam Sosialisasi Membangun Sinergi untuk Melindungi Anak Bangsa dari Bahaya Intoleransi, dan Radikalisme di gedung PKK Kota Madiun, Senin.
Menurut dia, anak-anak dan remaja termasuk dalam golongan yang rentan akan bahaya intoleransi dan radikalisme, selain kaum perempuan.
Sehingga diperlukan langkah strategi untuk menangkal-nya, salah satunya dengan pendekatan dan keterlibatan para guru sebagai “orang tua” di sekolah.
Kegiatan sosialisasi tersebut diikuti oleh para guru jenjang SD dan SMP di wilayah Kota Madiun. Kegiatan juga dihadiri Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT Kolonel (SUS) Harianto dan Perwakilan Bakesbang Provinsi Jatim.
Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT Kolonel (SUS) Harianto, mengatakan FKPT Jawa Timur merupakan salah satu mitra strategis BNPT dalam menangani permasalahan ancaman keutuhan NKRI.
“FKPT Jatim sangat berperan strategis untuk mengkolaborasikan segala sesuatu dalam rangka pencegahan paham radikal, ekstremisme, dan terorisme di wilayah provinsi ini,” tutur Harianto.
Di antara strateginya, mensinergikan semua elemen yang terlibat dengan pendekatan pentahelix, yaitu pemerintah, masyarakat, akademisi, media, dan dunia usaha.
“Kami berkeyakinan dengan upaya kita bersinergi dengan pendekatan multi pihak, maka semua pihak memiliki tanggung jawab. Bahwa ini bukan semata-mata menjadi tanggung jawab BNPT dan mitra,” ucapnya.
Melalui forum tersebut, pihaknya menegaskan kegiatan ini juga merupakan wujud negara hadir dalam kebersamaan dengan semua elemen masyarakat.
Ia juga menyampaikan tujuh prioritas nasional BNPT yang sudah dikembangkan dan perlu diperkuat. Yakni, pemberdayaan perempuan, remaja dan anak; desa damai; sekolah damai; kampus kebangsaan; perlindungan warga negara Indonesia yang secara luas; asesmen terhadap aparat pemerintah yang berisiko tinggi; dan terkait dengan radikalisasi.
Tujuh prioritas tersebut terus disinergikan, salah satunya melalui forum koordinasi pencegahan terorisme dan paham radikal ekstremisme yang berada di Provinsi Jawa Timur.
“Harapan kami, kita dapat bersinergi dari semua elemen dengan pendekatan pentahelix sehingga mampu membuat zero terorisme attack di tahun ini. Keberhasilan ini sekali lagi menjadi tanggung jawab bersama negara hadir bersama BNPT dan FKPT Jatim,” ujar Kolonel Harianto.