Fenomena informasi bohong atau hoax di media sosial (medsos) saat ini menjadi perhatian publik. Kadang medsos digunakan kurang bijak untuk kepentingan tertentu seperti hasutan, ujaran kebencian hingga fitnah.
Hal ini pun menjadi keresahaan masyarakat, bahkan berdampak pada konflik horizontal jika dibiarkan.
Fungsionaris Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Doni Harsiva Yandra menilai saat ini terjadi darurat informasi. “Sudah darurat informasi,” ujar Doni, Jakarta, Rabu (8/2/2017).
Perkembangan informasi dan teknologi (IT) saat ini begitu canggih. Hal itu juga seiring dengan kecepatan informasi di dunia maya. Jika hoax dibiarkan terus, ini mempunyai dampak negatif yang justru berpotensi pada perpecahan.
“Hari ini siapa saja bisa menyebar dan mengakses, karena tak ada filter mana informasi yang benar atau bohong di media sosial,” terang Ketua Hubungan Luar Negeri KNPI ini.
“Dampaknya sudah terlihat, disugui hoax, kalau tudak lahir kesadaran khususnya para elit justru berpotensi terjadi konflik di tingkat bawah,” imbuhnya.
Selain itu, Ia berharap agar pemerintah mempunyai cara jitu untuk mengatasi hoax. “Kalau pun kemudian pemerintah diminta turun tangan juga harus hati hati, jangan sampai memberangus kekebasan pers, tetapi ini (hoax) harus diatasi,” jelas Doni yang juga Direktur ADIL Institute ini.
“Negara harus menghimbau untuk mengurangi hoax, dan stakeholder masyarakat juga harus ada edukasi, sehingga penggunaan medsos dilakukan secara bijak,” tambah Doni.