Depok – Maraknya fonomone radikalisme yang memiliki makna negatif seperti intoleransi, anti NKRI, anti Pancasila dan penyebaran paham-paham takfiri di lingkungan Perguruan Tinggi pada akhir-akhir ini tentunya membuat keprihatian pada sejumlah kalangan akademisi.
Hal itulah yang mendorong Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI),
Prof. Ari Kuncoro, SE, MA, Ph.D, untuk mengundang Kepala Bdan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Drs. Suhardi Alius, MH, untuk memberikan penjelasan mengenai bahaya radikalisme dan terorisme di lingkungan Perguruan Tinggi di FEB UI, Senin (20/8/2018)
Kepala BNPT memberikan penjeasan dalam dua sesi. Sesi pertama pada acara talkshow dengan tema‘Peran Generasi Milenial dalam Menjaga Keutuhan NKRI’ di depan sekitar 400 mahasiswa baru FEB UI. Sesi kedua Kepala BNPT memberikan paparan mengenai ‘Sosialisasi BNPT terhadap Fonomena Radikalisme di Perguruan Tinggi’ di hadapan sekitar 35 Guru Besar dan pejabat Struktural di lingkungan FEB UI
“Ini suatu acara dalam rangka penerimaan mahasiswa baru. Seperti kita ketahui bahwa akhir-akhir ini kita prihatin dengan adanya gejala radikalisme diantara generasi muda. Itu yang kelihatan dan terjadi di masyarakat baik dalam bentuk statement bahkan sudah menjadi perbuatan dengan melakukan aksi terorisme,” ujar Dekan FEB UI, Prof. Ari Kuncoro, SE, MA, Ph.D,
Selain itu menurutnya, penjelasan Kepala BNPT ini juga untuk menjawab keprihatinan para akademisi khususnya yang ada di lingkungan FEB UI mengenai berkembangnya paham-paham radikalisme di lingkungan perguruan tinggi yang sering dibicarakan akhir akhir ini
“Dengan penjelasan lengkap dari Kepala BNPT tadi maka kita ingin mencegahnya langsung dari sumbernya bahwa yang namanya radikalisme dan terorisme itu asalnya dari intoleransi itu tadi,” ujar Ari Kuncoro.
Diriya mengamati bahwa selama 10 tahun terakhir, berbagai pihak barangkali tidak lagi memperdulikan pelajaran pelajaran yang sangat penting untuk kebangsaan, seperti yang pernah ia dapatkan saat dulu duduk dibangku sekolah seperti Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan mata kuliah Pancasila serta Kewiraan saat menempuh bangku kuliah.
“Selama ini kita menggantinya dengan mata kuliah lain yang isinya itu barangkali perlu kita tinjau lagi. Karena kita sebagai bangsa yang majemuk, maka salah satu syarat untuk setiap kita bisa eksis itu adalah toleransi,” ujarnya.
Untuk itu menurutnya, saat ini seharusnya bisa menjadi suatu momentum untuk bagi seluruh pihak untuk meninjau kembali mata kuliah-mata kuliah kebangsaan, terutama yang diberikan kepada para mahasiswa baru.
“Dengan kedatangan bapak Komjen Suhardi Alius ini adalah sebagai satu bentuk untuk menjawab keprihatinan juga bahwa kita sudah sampai tahap ini, tapi kita jangan putus asa bahwa kita tetap bisa melakukannya dari awal lagi sehingga tren-tren yang boleh dikatakan merusak tadi bisa kita hentikan,” ujarnya mengakhiri..
Sejumlah Guru Besar FEB UI tampak ikut hadir dalam sesi acara Sosialisasi BNPT terhadap Fonomena Radikalisme di Perguruan Tinggi, diantaranya yakni Prof Dr. Emil Salim yang merupakan mantan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup di era Orde Baru, lalu ada mantan Deputi Senior Bank Indonesia, Prof. Dr. Miranda S. Goeltom S.E., MBA, dan para Guru Besar FEB UI lainnya.