Fasilitasi Komunikasi, Cara BNPT Perlakukan WBP Terorisme Sebagai Keluarga

Sentul – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Sub Direktorat Bina Lapas Khusus Terorisme (Binlapsuster) Direktorat Deradikalisasi menggelar kegiatan Fasilitasi Komunikasi atau Family Visit Keluarga Narapidana Terorisme, 27-28 November 2019. Kegiatan itu berlangsung di Lapas Klas IIB Sentul, Bogor.

“Family Visit ini adalah cara BNPT untuk mementahkan kekhawatiran tentang hal yang stereotif tentang penjara yang negatif. Bahwa di Lapas Sentul dan di BNPT, mereka kita anggap sebagai saudara, sebagai keluarga. Mudah-mudahan setelah reintegrasi nanti paska bebas, mereka bisa menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah,” ujar Kepala Seksi (Kasi) Materi Pembinaan Subdit Bina Lapsuster Andri Taufik di sela-sela pembukaan Family Visit di Musola Lapas Kelas IIB Sentul, Bogor, Rabu (27/11/2019).

Andri menambahkan, bahwa keluarga adalah bagi dari tatanan terkecil dari suatu bangsa, maka keluarga adalah hal utama bagi Warga Binaan Pidana (WBP) tindak pidana terorisme. Karena keluarga adalah hal yang wajib, maka penguatan secara identitas bagi WBP sangat penting, disamping penguatan sosial. Keluarga dan sosial ini harus terus dikuatkan dalam posisi materi psikologi.

“Makanya kita hadirkan psikolog untuk memberikan penguatan bagi diri para WBP dan identitas sosial mereka,” jelasnya.

Selain itu, lanjut Andri, adalah faktor anak-anak. Ia mengungkapkan, anak-anak adalah generasi yang akan meneruskan orang tuanya. Karena itu, anak-anak para WBP tindak pidana terorisme ini juga diberikan pembinaan dengan metode andragogi dan pedagogi yang dilakukan acara Family Visit ini menjadi suatu hal yang wajib hukumnya.

“Karena anak bagian dari proses keluarga dimana mereka di rumah bersama para ibu. Semoga dengan pertemuan dalam limit waktu yang tidak banyak ini bisa menjadi bekal bagi mereka dalam menapaki proses kehidupan,” ungkap Andri.

Selain itu, di Family Visit ini juga dilakukan konseling ke keluarga para WBP. Menurut Andri, dengan durasi waktu 1-2 tahun berada di Lapas, maka penguatan terhadap terhadap istrinya harus dilakukan agar mereka tenang dan yakin bahwa ketika suaminya ada di Lapas Sentul mereka merasa aman dengan pembinaan yang baik tentang wawasan kebangsaan, wawasan keagamaan, dan psikologi.

Family Visit itu berjalan dengan haru dan gembira. Para keluarga langsung melepas kangen dengan langsung berpelukan dengan WBP, yang notabene adalah ayah atau kakak atau adik mereka. Mereka tidak hanya diberikan waktu melepas kangen, WBP dan keluarga juga mendapatkan materi psikologi dari ahli psikologi yang dihadirkan BNPT dengan materi “keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah”. Tidak hanya itu, buat anak-anak juga dilakukan lomba mewarnai dengan dipandu oleh ahli psikologi anak.