BRUSSELS – Perkembangan dunia maya yang begitu pesat telah melahirkan ide-ide cemerlang untuk kemaslahatan masyarakat. Keterbatasan komuikasi karena jarak antar benua tidak lagi menjadi hambatan, melalui perkembangan dunia maya setiap individu dapat terhubung hanya dengan menggunakan salah satu aplikasi media sosial.
Facebook menjadi salah satu favorit masyarakat, digunakan diseluruh dunia, kemudahan yang sejatinya membawa kebermanfaat yang baik tidak selamanya digunakan secara bertanggung jawab oleh individu atau kelompok tertentu.
Menyadari ketergantungan masyarakat akan perangkat elektronik yang terkoneksi secara mudah menggunakan internet, kelompok radikalisme memanfaatkanya untuk menyebarkan propaganda, ajakan untuk bergabung bahkan hasutan untuk melakukan tindakan teror terhadap masyarakat yang mereka anggap sebagai musuh yang wajib diperangi.
Kelompok teroris yang secara massif menggunakan dunia maya sebagai alat propaganda, ajakan serta hasutan adalah kelompok teroris yang menamakan diri sebagai Islamic State of Iraq anda Syira (ISIS). Kelompok ini menyebarkan propagada melalui facebook, memperlihatkan kepada masyarakat bahwa dengan bergabung dengan mereka maka akan mendapatkan sorga bahkan melakukan hasutan untuk melakukan teror bom bunuh diri yang akan mendapatkan sorga.
Menyadari bahaya konten propaganda kelompok radikal teroris seperti ISIS, facebook mulai bereaksi dengan menghapus berbagai konten radikalisme. Facebook menyatakan telah menghapus 99 persen konten yang berkaitan dengan kelompok teroris militan ISIS dan Al Qaeda. Head of Global Policy Management Facebook, Monika Bickert dan Head of Counter Terrorism Policy Facebook Brian Fishman menuliskan dalam sebuah blog, bahwa jaringan sosial media mereka menghapus 83 persen konten radikalisme dan terorisme dalam waktu satu jam.
Facebook menghadapi tekanan di Amerika Serikat dan Eropa untuk mengatasi konten ekstrimis. Pada Juni lalu, jaringan media sosial terbesar di dunia ini menyatakan telah mendorong penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelegence untuk mengidentifikasi serta menghapus konten ekstrimis dengan cepat.
“Ini masih tahap awal, tapi hasilnya menjanjikan, dan kami berharap artificial intelegence akan menjadi alat yang penting untuk perlindungan dan keamanan internet dan Facebook sendiri,” ujar Bickert seperti dilansir Reuters, dikutip dari laman republika.co.id, Rabu (29/11/2017).
Facebook dan perusahaan media sosial lainya akan bertemu dengan pemerintah Uni Eropa dan Dewan Eksekutif Uni Eropa untuk membahas mengenai cara menghapus konten yang mengandung ekstrimis dan ujaran kebencian secara online. Facebook menyatakan, penggunaan artificial intelegence untuk melawan terorisme bukan perkara mudah.
Sebuah sistem yang dirancang untuk menemukan konten dari salah satu kelompok teroris, kemungkinan tidak berfungsi untuk kelompok lainya karena terdapat perbedaan bahasa dan gaya dalam propaganda mereka. Pada September lalu, Komisi Eropa meminta kepada seluruh perusahaan media sosial untuk menemukan cara menghapus konten yang mengandung ekstrimisme dan radikalisme secara cepat melalui teknologi deteksi otomatis.